Selasa, 10 November 2009

MEMANG, JODOH RAHASIA ALLAH

“Apakah kamu percaya jodoh, Fahri?” tanya Maria pada Fahri.
Fahri menjawab dengan bijak, “Ya, setiap orang punya …”
“…Jodohnya masing-masing” sambung Maria.

Aku tertegun mendengar cuplikan dialog dalam film Ayat Ayat Cinta yang sedang ku tonton. Ya, setiap orang punya jodohnya masing-masing. Jodoh… Aku menarik nafas dalam-dalam setiap kali memikirkan tentang jodoh. Kapankah aku betemu dengan jodohku? 40 tahun bukanlah usia yang muda untuk menikah. Aku sudah bosan mendengar pertanyaan kapan aku akan menikah. Apakah bulan Mei? Meibi yes, meibi no.

Jodohku…seperti apakah dia? Sedikitpun aku tak dapat mengira-ngira bayangannya. Apakah dia tampan? Apakah dia sholeh seperti yang aku idamkan? Yang hanya dapat aku lakukan adalah terus memperbaiki diri untuk menjadi hamba yang baik di mata Allah, karena Allah menjanjikan laki-laki yang untuk wanita yang baik pula.

Secara fisik, aku lumayan cantik dan menarik, berpendidikan, dan karirku bagus. Saat ini aku sudah menjadi Marketing Manager di sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar di tanah air. Apakah karena jabatan dan pendidikanku yang tinggi lantas laki-laki menjadi segan meminangku? Apa salahnya dengan pendidikan yang tinggi, aku hanya ingin terus belajar dan belajar. Dan karir yang bagus, itu adalah takdir Allah atas kerja kerasku.

Ada perasaan iri setiap menghadiri pesta pernikahan temanku, bahkan anak temanku. Soal perasaan minder, itu sudah berkurang dibanding tahun-tahun yang lalu, aku sudah terbiasa. Apalagi di kota besar telat menikah bukan hal yang aneh. Tapi aku tak ingin menyamakan diriku dengan mereka. Mereka menunda menikah karena merasa belum siap secara moril maupun materil, padahal dengan gajinya mereka bisa menghajikan satu orang setiap bulan. Ada yang malas untuk berkomitmen karena takut bercerai, takut sakit hati, tapi yang pasti mereka takut bertanggung jawab. Sedangkan aku, aku sudah beberapa kali mencoba namun seperti biasa belum jodoh.

“Neng, ngelamun aja” kejut Andi membuyarkan lamunanku. “Kenapa sih? Udah jangan dipikirin, dia memang gitu orangnya” kelakarnya kemudian.
Aku tertawa. Ah, aku tak ingin masalah ini merusak hari-hariku.
“Makan siang bareng, yuk” ajaknya kemudian.
Aku mengiyakan ajakannya. Kami makan siang di restoran Padang di food court kantorku. Andi adalah temanku semenjak aku bekerja di kantor ini, walaupun posisinya di bawahku namun aku tak pernah menganggap diriku lebih tinggi. Aku punya feeling bahwa Andi menyukaiku, itu terlihat dari sikapnya yang sangat perhatian padaku. Namun perasaanku padanya tidak begitu kuat, sampai saat ini aku belum memberikan sinyal bahwa aku juga menyukainya. Tapi entahlah, aku tak bisa memastikan apa yang akan terjadi nanti, aku tetap memberi peluang untuknya, karena ia baik dan sangat menghargaiku.

Ada satu lagi laki-laki yang aku pertimbangkan. Dia laki-laki yang ditawarkan orang tuaku. Namanya mas Farhan, lebih tua dua tahun dariku, dan dia seorang duda dengan satu anak perempuan. Istrinya meninggal ketika melahirkan. Saat ini anaknya berumur 6 tahun. Tidak ada masalah dengan anaknya, karena aku sangat menyukai anak-anak. Dan anaknya juga sepertinya menyukaiku.
“Tante, kenapa tante belum menikah juga?” tanya Dea, anak perempuan mas Farhan.
Aku tersenyum mencari jawaban yang bisa diterima anak-anak.
“Tante belum punya pacar” jawabku sekenanya.
Kemudian anak kecil itu membisikiku, “Tante mau nggak sama papaku? Papaku kan ganteng, jomblo lagi”.
Mukaku bersemu merah. Anak kecil sekarang cepat sekali dewasa.
Tapi aku belum dapat menjawab, kerena sampai sekarang papanya belum menanyakan secara langsung padaku.

Aku melangkah keluar studio bioskop sambil memagang jus stroberi yang belum habis. Sesungguhnya yang nonton tadi adalah badanku saja, sedang rohku entah kemana. Sepanjang film tadi aku hanya berpikr tantang jodoh. Aku sudah beberapa kali nonton film ini, Ayat ayat Cinta. Film ini tak pernah bosan untuk ditonton. Seandainya aku bertemu dengan lelaki seperti Fahri, dan aku adalah Aisha, tapi aku tak ingin ada Maria, kalau dia dekat-dekat dengan Fahri akan kuenyahkan dia, hahahaha.

Bruk! Gelas jus stroberi terlepas dari genggamanku. Seorang laki-laki buru-buru mengelap bajunya yang tertumpah jus stroberiku. Inilah akibatnya kalau terlalu banyak brkhayal, seorang laki-laki jadi korban keteledoranku.
“Maaf, Mas. Saya yang salah” Aku minta maaf sambil mengambil saputanganku dan ketika akan mengelap tumpahan di bajunya ia buru-buru menghindar.
“Oh, ya sudah. Ngga apa-apa , Mba. It’s ok” katanya pelan.
“Aduh, Mas. Saya benar-benar minta maaf. Saya ngga konsentrasi” Aku minta maaf sekali lagi.
Laki-laki itu menatapku lama lalu tersenyum, “Masih kepikiran film tadi ya? Filmnya memang benar-benar menyentuh ya. Jarang ada film seperti ini”.
Aku membalas senyumannya, tenyata dia tidak marah. “Aku sudah nonton 3 kali lho” ceritaku tanpa ditanya.
“Oh,ya. Saya baru kali ini nonton. Baru sempat.” jawabnya kemudian.
Aku mengangguk-angguk tidak jelas, grogi mungkin.
“Kenalin, saya Adam” dia mempelkan kedua tangannnya di depan dada.
Aku juga menempelkan tanganku didepan dada, “Nadya” balasku. Aku memang tak bersentuhan bila bersalaman dengan laki-lai yang bukan muhrimku. Selain karena ketentuan dalam Alquran, sejak dulu walaupun ketika aku belum berhijab pun aku tidak suka bersalaman laki-laki, siapa dia baru kenal saja sudah menyentuhku. Idealis memang, bahkan beberapa temanku mengataiku sok suci, tak aku tak peduli.
“Nonton sendirian ya?” tanyanya.
“Iya. Sedang ingin sendiri” jawabku.
Kemudian kami berjalan beriringan keluar bioskop. Sebelum berpisah kami bertukar nomor telepon. Hmm, tampangnya sepintas mirip Saiful, teman Fahri. Duh, lagi-lagi Fahri.

Handphone-ku berbunyi. Mas Farhan menelpon.
“Assalamu alaikum”
“Wa alaikum salam, Mas. Ada apa?”
“Ngga, mau nanya kabar aja. Kamu lagi dimana nih?” tanya Mas Farhan.
“Saya lagi di mall, Mas” jawabku.
“Oo..”
Hening.
“Nad, besok aku mau ke Brunei ada kerjaan. Paling nggak seminggu lah. Aku minta tolong liatin Dea ya kalau kamu sempat, dia di rumah berdua dengan Mbo Surti. Dea ngga mau dititipkan ke adikku. Bisa kan, Nad? Aku perhatikan kalian lumayan dekat.”
“Insya Allah, Mas” jawabku.
“Oke gitu aja ya. Makasih banyak lho sebelumnya”.
“Iya, sama-sama”.
“Assalamu alaikum”
“Wa alaikum salam”.
Aku menghela nafas. Aku memang dekat dengan anak kamu, tapi tidak dengan kamu.

Malamnya....
Aku duduk di teras belakang ditemani ibu.
"Ndhuk, gimana mas Farhan sudah ngomong sama kamu belum? tanya Ibu.
"Belum tuh. Aku juga tidak berharap terlalu banyak sama dia. Sepertinya dia belum mau menikah lagi, Bu".
"Trus temanmu itu, si Andi, gimana hubungan kamu sama dia?" tanya ibu lagi.
"Aku sama Andi hanya berteman, Bu. Lagian usianya 5 tahun lebih muda dari aku, malas ah" jawabku.
"Nadya, ibu pingin sebelum meninggal kamu sudah menikah"
"Iya, Bu. Mau gimana lagi belum ketemu jodohnya".

Kriiing!! Kriiing!! Telepon rumah berdering. Aku masuk ke dalam mengangkat telepon.
"Assalamu alaikum"
"Waalaikum salam"
"Bisa bicara dengan Nadya?" tanya suara dari telepon.
"Saya sendiri, maaf ini dengan siapa ya?" tanyaku.
"Nadya, ini Ustadz Ansori"
"Oh, Ustad. Maaf gak kenal suaranya"
"Kamu kemana aja Nadya? Sudah 3 minggu kamu tidak datang ke pengajian?" tanya Ustadz Ansori.
"Maaf Ustadz, saya akhir-akhir ini luar biasa sibuknya. Saya kecapean sehabis ngantor, jadi gak bisa datang ke pengajian" jelasku.
"Oo...Ustad bisa mengerti. Begini lho Nadya, Ustadz mau menawarkan laki-laki untuk jadi suamimu, kamu belum menikah juga kan?"
"Belum lah, Ustadz"
"Begini, laki-laki ini adalah murid pengajian Ustdz juga. Besok dia akan menikah dengan wanita pilihan orangtuanya. Tiba-tiba tadi sore dia menelpon Ustadz katanya calon istrinya kabur dari rumah dengan pacarnya. Dia bingung sekali, sedangkan undangan sudah disebar, gedung dan katering beserta lain-lainnya sudah beres semua. Dia tidak memaksakan calon istrinya itu untuk menikah kalau memang tidak mau. Nah Nadya, maukah kamu menikah dengannya?"
Aku tergagap menjawab pertanyaan Ustadz Ansori, "Apakah harus secepat ini? Saya bahkan tidak tau siapa orangnya?".
"Lelaki ini adalah lelaki yang baik, Ustadz bisa menjamin itu. Insya Allah pernikahan kalian nanti bahagia dan langgeng" tambah Ustadz lagi.
Ya Allah, mungkinkah ini jodohku? Bila ini memang jodohku berilah aku kekuatan untuk menjawab 'iya'.
"Sebentar Ustadz, saya ingin berbicara dengan Ibu saya".
Aku berlari menemui ibu di teras. Kujelaskan semuanya. Ibu terdiam sejenak memikirkan tawaran ini. Kemudian...
"Ibu percaya Ustadz Ansori. Kamu boleh menikah dengan lelaki itu."
Keringat dingin keluar dari badanku. Sekarang semua keputusan ada di tanganku.
Aku mengangkat gagang telepon.
"Halo Ustadz"
"Ya, gimana Nadya?"
Kutarik nafas dalam-dalam, "Bismillah, saya bersedia Ustadz".
"Alhamdulillah, mungkin dia memang jodohmu, Nadya".
"Gimana selanjutnya Ustadz, saya tidak punya persiapan apa-apa".
"Kamu tidak usah khawatir, besok pagi mungkin jam 8, kami akan datang ke rumahmu. Kamu hanya perlu mempersiapkan mental kamu saja".
Aku tidak bisa bicara, ini mendadak sekali.
"Baiklah Nadya, Ustadz sarankan kamu malam ini untuk sholat Tahajud, agar besok kamu menjadi tenang"
"Baik, Ustadz"
"Assalamu alaikum"
"Waalaikumsalam". Klik.

Aku tidak dapat tidur. Aku mengikuti saran Ustadz Ansori untuk sholat Tahajud. Aku berdoa dengan khusyuk. Air mataku meleleh. Aku berdoa agar aku tidak salah membuat keputusan menerima tawaran Ustadz Ansori.

Keesokan paginya, iring-iringan mobil datang ke rumahku. Akad nikah dilakukan di rumahku. Aku hanya memakai gamis putih yang kubeli sewaktu ke Turki. Aku mengintip dari jendela ruang tamu. Usatdz Ansori keluar dari mobil diikuti oleh seorang laki-laki nampaknya dialah calon suamiku.

"Assalamu alaikum" sapa Ustadz dan laki-laki itu kepada ibuku yang sudah menunggu di teras depan rumah.
"Waalaikum salam"jawab ibu. "Selamat datang, maaf kami tidak ada penyambutan sewajarnya, harap maklum".
"Tidak apa-apa Ibu, justru saya yang mengucapkan terima kasih kepada Ibu" kata lali-laki itu.
Kemudian Ibu, Ustadz, calon suamiku dan keluarga besarnya masuk ke dalam.
"Nadya...kemari nak" panggil Ibu.
Badanku gemetaran, aku tertunduk malu. Kuberanikan diri untuk melihat calon suamiku.

"Kamu?!" Aku tak percaya dengan penglihatanku.
"Lho, kamu?" Dia juga kaget.
Ustadz juga ikut kaget, "Lho, kalian sudah saling kenal yah?".
Aku melongo.
Laki-laki itu kemudian menjelaskan kepada Ustadz, "Kami pernah betemu di bioskop Ustadz, cuma sekali ketemu, setelah itu kami tidak ada kontak apa-apa, karena saya sudah meminang wanita lain. Waktu itu dia menabrak saya sehingga minumannya tumpah ke baju saya".
Aku tesipu malu, "Adam kan?".
"Iya saya Adam, Nadya" jawabnya sambil tersenyum.
"Wah, bagus toh kalau begitu, mari segera dimulai jangan lama-lama" timpal Ibu diikuti tawa keluarga Adam.

Ternyata inilah rahasia indah Allah untukku. Akhirnya aku bertemu dengan jodohku, seperti Jakarta dan sungai Ciliwung yang berjodoh hehehehe..

-That's All-
sumber: http://aftiabdullah.multiply.com/journal/item/9/Memang_Jodoh_Rahasia_Allah

Jumat, 06 November 2009

WANITA

Wanita.......
andai engkau seorang remaja, jadilah anak yg solehah bt kedua ibu bapakmu, andai engkau sudah bersuami, jadilah isteri yang meringankan beban suamimu, andai engkau seorang ibu, didiklah anakmu sehingga dia tidak gentar memperjuangkan Agama ALLAH...

Wanita....
andai engkau belum berkahwin, janganlah kau risau jodohmu, ingatlah janji Allah Azza Wajalla Tuhan sekalian alam bahwa wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Jangan memulai sebuah pertemuan dengan lelaki yang bukan muhrimmu, kerana aku khawatir dari mata jatuh ke hati, maka lahirnya senyuman maka tercetusnya salam sekaligus disusuli dengan pertemuan, takut lahirnya nafsu kejahatan yang menguasai diri...

Wanita.......
lelaki yang baik tidak melihat pada paras rupamu, lelaki yang baik tidak memilih wanita melalui keayuannya, lelaki yang baik, tidak menilai wanita melalui kemanjaannya serta kemampuannya mengoncang iman lelaki, tetapi, lelaki yang baik akan menilai wanita melalui akhlaknya, peribadinya, dan yang paling penting pegangan Agamanya. Lelaki yang baik juga tidak menginginkan pertemuan dengan wanita yang bukan muhrimnya, kerana dia takut memberi kesempatan kepada syaitan untuk mengodanya, lelaki yang baik juga, tidak mahu bermain cinta kerana dia tahu apayang halal dalam sebuah pertemuan lelaki dan wanita, yakni sebuah Ikatan pernikahan yang diridhoi Allah Azza Wajalla.

Oleh karena itu Wanita.......
jagalah pandanganmu, awasilah auratmu, peliharalah akhlakmu, kuatkan pendirianmu. Andai ditakdirkan tiada cinta dari pada laki2 beriman untukmu, cukuplah hanya cinta ALLAH, yang memenuhi dan menyinari kekosongan jiwamu, biarlah hanya cinta daripada kedua ibu bapamu yang memberi kehangatan kebahagiaan buat dirimu, cukuplah sekadar cinta kakak beradik, serta keluarga yang membahagiakan dirimu.

Wanita........
cintailah ALLAH dikala susah dan senang kerana kau akan memperolehi cinta daripada insan yang juga menyintai ALLAH. Cintailah kedua ibu bapamu kerana kau akan perolehi Keridhoan ALLAH, cintailah keluargamu kerana kau tidak akan menjumpa cinta yang bahagia selain dari pada cinta keluarga. Janganlah sesekali tanganmu mengoncangkan dunia, juga mengoncangkan iman lelaki.. TUNDUKKAN PANDANGANMU…

KALA CINTA DATANG MENGGODA

“Jatuh cinta berjuta rasanya …”, begitu syair lagu ciptaan Titik Puspa. Konser Dewa, Atas Nama Cinta, dihadiri ribuan penggemar mereka. Album terakhir mereka pun, Cintailah Cinta pun terjual diatas 1 juta copy. Dan entah berapa banyak lagi lagu, kata, ungkapan, syair, puisi yang berbau cinta begitu mengharu biru dunia ini.

Hmm..perasaan jatuh cinta memang sukar dijelaskan dan ditebak, karena penuh dengan gejolak. Semua saran dan nasihat ditolak, bahkan nalar pun bisa terdepak oleh perasaan mabuk kepayang yang membikin rasa melayang-layang. Itulah dahsyatnya perasaan yang satu ini. Gedubrak !!!
Apakah karena itu kita tak boleh mencintai dan dicintai? Uups…tentu saja boleh, karena cinta adalah pemberian Allah SWT. Mencintai dan dicintai adalah karunia, sekaligus panggilan hidup kita. Tak pernah merasakan jatuh cinta, bukanlah manusia, karena manusia pasti merasakan cinta [QS Al Imran:14] Bahkan, cinta merupakan ruh kehidupan dan pilar untuk kelestarian ummat manusia.

Islam juga gak phobi sama yang namanya cinta kok, bahkan Islam mengakui fenomena cinta yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Namun, bukan dalam komoditas rendah dan murah lho. Artinya, tingkatan mencintai sesuatu itu ada batasnya. Jika cinta itu malah membawanya kepada perbuatan yang melanggar syariat, nah…kore wa dame da!*

Hmm…cinta itu katanya jelmaan perasaan jiwa dan gejolak hati seseorang, wuis…puitis banget! Nah, dalam Islam kalau kita merujuk QS: At Taubah 24, maka cinta dapat dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu:
1. Cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya
2. Cinta kepada orangtua, istri, kerabat dan seterusnya
3. Cinta yang mengedepankan cinta harta, keluarga dan anak istri melebihi cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan Allah.

Lalu gimana dong, kalau cinta itu datang, menghampiri dan menggoda di luar pernikahan? Nah lho, puyeng deh kalo gini! Padahal cinta itu kan timbul memang dari sononya, muncul dari segi zat atau bentuknya secara manusiawi wajar untuk dicintai. Normal aja kan, jika memandang sesuatu yang indah, kita akan mengatakan bahwa itu memang indah, masa’ sih dibilang jelek!

Menurut Imam Ibnu al-Jauzi, “Kecintaan, kasih sayang, dan ketertarikan terhadap sesuatu yang indah dan memiliki kecocokan tidaklah merupakan hal yang tercela serta tak perlu dibuang. Namun, cinta yang melewati batas ketertarikan dan kecintaan, maka ia akan menguasai akal dan membelokkan pemiliknya kepada hal yang tidak sesuai dengan hikmah yang sesungguhnya, hal seperti inilah yang tercela.”
Waduh…gimana dong, lagi jatuh cinta nih! Problem…problem… mana masih kuliah, kerjaan belon ada, masih numpang ama orangtua, wah…nih cinta kok gak pengertian ya!

Kalem dong, jangan blingsatan begitu. Emangnya jatuh cinta masalah kamu aja, ya…gak lagi! Nabi Yusuf a.s. aja pernah jatuh cinta lho, bahkan kepada seseorang wanita yang telah menjadi istri seseorang. Eits…protes deh! Iya deh, kalau bukan cinta, paling gak, tertarik dan terpesona, boleh kan?
Buka deh surat Yusuf, romantika kisah beliau diceritakan dengan tuntas, awal, proses, konflik hingga klimaks dan ending-nya. Nah lho…Nabi aja bisa punya ‘konflik’ seperti itu, apalagi kamu, iya kan? Romantika cinta beliau bukan kacangan, atau pepesan kosong, namun apa yang dialami beliau bisa menjadi pelajaran buat kita bagaimana kalau cinta itu demen banget menggoda kita. Beliau sadar, dan mengerti betul bahwa itu terlarang, meski ada gejolak di hatinya [QS Yusuf: 24]
Namun… Kondisi di atas itu gak terjadi begitu aja lho, karena sebelumnya Nabi Yusuf a.s. pun telah berusaha untuk menolaknya saat wanita itu terus merayunya. Eh…nabi Yusuf pun dikejarnya, dan yang dikejar malah lari terbirit-birit, wuus…

Lantas apa dong pelajaran yang bisa kita ambil, saat cinta itu menggoda kita? Pelajarannya adalah:
1. Setiap orang memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, perasaan ini manusiawi, fitrah sekaligus anugerah.
2. Namun, gejolak itu harus diatur lho, kalau gak maka kita akan terperosok ke jurang kenistaan, karena diperbudak gejolak jiwanya. Lantas jadi merana deh, angan-angan melulu. Innan nafsa la ammaaratun bis-suu, sesungguhnya nafsu itu selalu mengajak kepada kejahatan kecuali nafsu-nafsu yang diberi rahmat oleh Allah [QS Yusuf:53].
3. Kalau kita jatuh cinta pada lawan jenis, dan mengharapkan terbalaskan cintanya, maka saat itu ada sebagian dari akal dan logika yang hilang. Sekian banyak pertimbangan akal sehat yang dipunyai jadi ngadat, gak jalan! Gak percaya? Coba deh, ntar kalau kamu tambah dewasa, udah nikah, mungkin mikir, “Kok, dulu begitu ya?”, “Kok, dulu gak mikir ya?”, dan “kok-kok” yang lain.
4. Dulu waktu ngejar-ngejar, wah…dimana-mana hanya terpampang wajah dia seorang, kekasih hati. Tidur gak nyenyak, makan pun terasa gak enak, bukan karena banyak nyamuk atau lauknya gak enak, dunia ini pun hanya untuk berdua, yang lain ngontrak, ck…ck…ck… Kalau gak ketemu, rasanya gimana gichuu. Dikejar setengah mati deh, pokoke mesti dapet! Tapi begitu udah dapat, lalu masuk dunia rumah tangga, gejolak itu bisa berganti dengan rutinitas dan bisa bosan. Itulah sifat manusia, karena itu bila mencintai seseorang, cintailah sewajarnya, siapa tahu ntar kamu benci padanya. Begitu juga sebaliknya, kalau benci, bencinya yang wajar aja deh, siapa tahu ntar malah jatuh cinta
5. Ingat lho, gak semua yang kita inginkan itu harus terpenuhi, kalau gak mau dibilang egois. Tidak semua cita-cita itu harus terkabul, dan tidak pula semua gejolak harus dituruti. Di dunia ini ada banyak pilihan, kalau gak dapat yang satu, pilihan lain masih banyak kan? Siapa tahu malah lebih baik. Makanya buka mata lebar-lebar, masa’ sih cuma ada dia aja di dunia ini, emang yang lain kemana bo!
6. Tidak semua yang kita anggap baik itu baik, dan tidak semua yang dianggap indah itu indah. Segala sesuatu itu pasti ada cacat dan cela-nya. Saat jatuh cinta sih, wuah…indah buanget, tiada cacat dan cela. Padahal bisa aja kan, cacat dan cela itu jauh lebih banyak dari baik dan indahnya.
7. Akhirnya, kalau kamu udah sampai pada puncak cinta, yaitu pernikahan, ingat deh kalo puncak masalah pernikahan itu bukanlah pada siapa yang akan jadi pasangan kita, tapi gimana agar kita bisa survive di dalamnya, siapapun pasangan kita.
Semoga membantu akhi wa ukhti, jangan lupakan Allah SWT kalau antum jatuh cinta ya. Jatuh cinta-lah karena Allah SWT, karena kasih sayangnya akan meluruh ke jiwa.
Wallahu a`lam bis-shawab.

————————————————


BILA AKU JATUH CINTA

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau
Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh
Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu
Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu
Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu…
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu
Amiin.

Catatan Seorang Ukhti...

Catatan Seorang Ukhti...
Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang Menciptakan...!

Ya ALLAH, Janganlah Engkau hukum aku karena apa yang mereka katakan tentang aku. Berikanlah kebaikan padaku dari apa yang mereka sangkakan kepadaku. Ampunilah aku karena apa yang tidak mereka ketahui tentang diriku…

Demi ALLAH… bukannya ana ingin mendzolimi saudara ana sendiri, bukan ingin mempersulit jalannya, bukan itu tujuan ana. Tujuan ana hanya ALLAH… ana ingin ketika saatnya nanti ana harus menikah, ana ingin menikah dengan orang yang belum pernah ana lihat wajahnya, belum pernah ana kenal namanya, belum pernah ana dengar suaranya, dan belum pernah ana tau bagaimana akhlaknya... itu semua yang ana inginkan agar tujuan ini tidak bergeser, agar niatan ini lurus padaNYA, agar nantinya tidak akan ada fitnah yang muncul… untuk DIA-lah segalanya.

Bukankah sarana tidak bisa bergeser jadi tujuan??? Karenanya dengan siapapun nantinya ana menggenabkan dien ini… itu tidak akan jadi soal, itu hanya sarana. Tujuan ana hanya menggenabkan dien ini…hanya untuk-NYA. Ana tidak perlu terlalu fokus pada “sarana” saja, karena itu bukanlah “tujuan” utama.

Kekhawatiran akan selalu muncul ketika kaki ini harus melangkah ke luar rumah untuk berbagai aktifitas da’wah. Setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjaga hijabnya dan juga hijab antar saudaranya. Ana khawatir jika seseorang “tergoda” karena tingkah laku ana… entah itu tergoda untuk apa, ana tidak bisa mendeskripsikannya. Khawatir jika ana di khitbah karena akhlak atau bahkan karena fisik. Ana tidak menginginkan keduanya. Dan jika ada yang tergoda karenanya…maka itulah sebuah kesalahan terbesar ana. Astaghfirulloh… ampunkanlah dosaku Ya ALLAH, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau-lah pengampun dosa-dosa besar… amin.

Memang bukan standar baku…, dan bukan sebuah kesalahan si ikhwan… tetap ahsan insya ALLAH jika alasannya karena telah melihat akhlak...bukan fisik semata. Tapi ana ingin yang lebih mulai dari itu…

Ana tidak ingin menikah hanya karena ingin menjaga hijab karena telah “bergetar” hatinya ketika melihat akhlak si ini atau si itu. Terjaganya hijab, ketenangan qolbu, hanya ibroh di balik perintahNYA untuk menggenabkan dien...bukan sebuah nash. Menikah adalah perintahNYA. Sami’na wa atho’na…

Apakah sekarang ini sudah sering terjadi, seorang ikhwan mendatangi ustadznya untuk mengutarakan niatnya berta’aruf dengan “si akhwat ini atau itu”…? Ia telah menyebut nama si akhwat di depan ustadznya terlebih dulu, terlihat seperti memesan si akhwat. Kenapa harus menyebutkan nama terlebih dulu? Allahu’alam… apa sebenarnya maksud di balik itu…?

Dan sudah tidak jarang lagi ketika si akhwat yang dituju menolak karena ketidaksiapan pribadi atau ortunya, si ikhwan lantas berkata “ana akan menunggu” atau “bolehkan ana maju kembali di kemudian hari, mungkin 1,2, atau 3 tahun lagi ukhti, hingga anti dan keluarga anti siap menerima ana…?”

Pada awalnya ia berkata, insya ALLAH niatnya menikah lurus untuk menggenabkan dien semata..., lantas kenapa ia harus memilah-milih si akhwat ? kenapa harus dengan akhwat ini atau itu, hingga ia mau menunggu ? Bukankah itu hanya wujud sarana untuk mencapai tujuannya, yakni ALLAH…??? Bukankah menunggu akan membuka pintu-pintu syaitan ???

Bukankah harusnya ketika ia mengutarakan kesiapannya menikah, ia juga harus siap “menjadikan” siapapun nantinya yang jadi penggenab diennya, akan jadi seseorang yang menentramkan qolbunya, menjadi istri yang sholehah, yang dicemburui para bidadari surga, dan membuat dirinya di”iri”i para syuhada ?

Bukankah “menjadikan” lebih mulia daripada sekedar “mencari” untuk memilih ?

Bukankah semua “proses” menuju akad tidak ahsan berlangsung lama ? karena dikhawatirkan akan muncul fitnah di antara kedua belah pihak.

Kenapa ia mau menunggu, padahal si akhwat tidak mau ditunggu atau pun menunggu…?

Sampai di sini, salahkah jika ikhwan seperti itu…tertolak ? Ikhwan yang sebelumnya si akhwat kenal baik…

Apa sebelumnya si ikhwan pernah membayangkan apa yang akan terjadi jika ia menunggu, akan ada perasaan lain yang sebelumnya tidak pernah ada ketika bertemu, dan kini timbul karena pinangannya ? karena ia telah menyebut nama si akhwat, karena si akhwat telah tau maksudnya ?

Bagaimana menjaga ketenangan qolbu jika harus bertemu dengan sosoknya di suatu tempat misalnya di kampus atau medan da’wah lainnya, setelah maksudnya terdengar di telinga si akhwat ? apa si ikhwan juga merasakan kegelisahan si akhwat ? apa ia bisa menjaga ketenangan qolbu si akhwat ? apa ia bisa merasakan sakitnya qolbu si akhwat jika tanpa sengaja bertemu dengannya atau sekedar terbayangkan maksud dan tujuannya pada si akhwat ?

Ana tidak ingin mendengar berita ana dikhitbah, sekalipun berita itu datangnya dari ustadzah ana. Apalagi jika berita itu tersampaikan dari si ikhwan yang langsung menyampaikannya tanpa perantara. Na’udzubillah…tsumma na’udzubillah… karena setidaknya dengan adanya pendamping/perantara yang lebih paham akan membantu kedua belah pihak untuk menjaga semua “proses” dari fitnah dan bisa membantu mengingatkan ketika langkah yang diambil kurang benar. Jadi lebih ahsan dengan adanya pendamping atau perantara yang ana yakini lebih paham daripada ana.

Yang ana inginkan, ustadzah ana terlebih dulu menawarkan…”adakah akhwat di sini ini yang siap menikah?”, jadi tidak ada pemesanan nama sebelumnya. Berita itu datang untuk semua akhwat yang siap menikah. Bukan jadi berita “khusus” untuk yang tersebut namanya.

Tidak bisa dipungkiri, akan jadi sebuah kesalahan besar dan penyesalaan bagi ana, jika si ikhwan mengkhitbah ana karena tertarik oleh akhlak ana. Meskipun hanya karena akhlak, bukan karena telah melihat fisik… tetap saja rasanya…ana telah secara tidak langsung mengganggu hijab qolbunya. Astaghfirulloh…

…Sesungguhnya termasuk kebaikanku adalah pengetahuanku akan kekurangan jiwaku… Astaghfirulloh…

Jika ana berkata fobia kaum Adam, itu karena ketakutan ana menjadi penggoda di mata mereka. Bukan karena ana merasa (afwan…) “jijik” pada mereka. Kalau pun ana membenci mereka…insya ALLAH itu dalam taraf yang wajar. Karena ana punya musuh yang nyata-nyata perlu dibenci ketimbang mereka.

Suatu hari seorang saudara bertanya, “kenapa anti begitu misterius ukht?”. Ana hanya bisa tersenyum dalam hati karena tak mampu menjawabnya. Ia bertanya seperti itu setelah membuka fs atau pun media elektronik lainnya, berharap mendapati profile ana.

Ada juga saudara yang ana kenal baik menanyakan kenapa ana tidak pernah membalas SMS tausyiahnya. Ana rasa sudah saatnya menjawab, karena metode “mendiamkannya” tidak menjadikannya paham, terbukti dari pertanyaannya itu. Kala itu ana jawab, “karena antum ikhwan, kalau antum akhwat… akan dengan senang hati ana SMS antum tiap waktu...insya ALLAH. Dalam bentuk apa pun komunikasi dengan nonmakhrom, antum tetap perlu menjaga hijab, karena faktor syaitan tidak bisa “dinihilkan”. SMS dengan kepentingan koordinasi mengenai sebuah proker da’wah atau kepentingan syar’i lainnya seperti tugas kampus, dll… saja tetap harus diperhatikan tata cara komunikasinya, entah itu bahasa yang digunakan agar tidak terkesan mendayu-dayu atau menjerumus ke terlonggarnya hijab dan bahkan mengenai perihal waktu berkomunikasi, karena SMS yang masuk layaknya tamu yang datang, tentunya akan sangat tidak sopan jika kita bertamu malam-malam. Apalagi SMSnya berisi tausyiah. Sekalipun tujuan SMSnya untuk saling mengingatkan, tetap saja itu nggak ahsan. Putihnya si pengirim belum tentu diikuti putinya si penerima SMS. Antum tidak perlu repot-repot menyebrang ke zona akhwat untuk menyemangati saudari antum. Perhatikan saja saudara-saudara antum, mungkin ada di antara mereka yang berhak dan halal menerima perhatian antum tapi belum atau lupa antum perhatikan. Afwan jiddan…”

Allahu’alam…ternilai setegas, sekasar atau mungkin seekstrim apa sikap ana itu...?

Sikap yang selalu menghilangkan jejak no HP ba’da proker usai, tidak pernah mau mengisi profile di media apa pun kalau pun ana mengisinya maka sudah pasti datanya tidak valid kecuali data di instansi tertentu yang memang wajib ana isi, tidak pernah mau foto atau pun memasang foto, teguran yang selalu ana luncurkan ketika seorang nonmakhrom menanyakan ana pada saudari ana padahal ia tidak memiliki kepentingan yang syar’i…

Semua itu ana lakukan karena ana khawatir dan takut ada SMS masuk dari ikhwan yang tidak memiliki kepentingan yang jelas. Bisa jadi bukan hanya HP saja yang akan bergetar tapi juga qolbu. Takut jika SMS itu tidak bernilai pahala di mataNYA melainkan dosa karena telah melonggarkan hijab,

Ana khawatir jika profile dan foto ana terlihat dan terbaca nonmakhrom lantas membuat mereka tergoda untuk sekedar memberikan sapaan melalui testimonial or comment , atau pun tergoda untuk melakukan yang lebih dari itu... Dan ana tidak berani untuk sekedar melihat foto. Karena ana tau qolbu ana kotor maka ana tidak ingin lebih mengotorinya dengan melihat foto dan memberikan peluang pada syaitan untuk turut memberi “rasa”,

Ana khawatir akan muncul fitnah dari pertanyaannya, dll.

Allahu’alam… mungkin prasangka dan kekhawatiran ana terlalu berlebih…Astaghfirulloh…

Bolehkah ana memelihara rasa “khawatir atau takut” pada ikhwan, selama perasaan itu tidak mengganggu kinerja da’wah di jalanNYA?

Pernah ada yang berkomentar, “anti terlalu mempersulit diri dengan semua sikap itu.” Apakah memang terlihat seperti mempersulit diri?

Atau bahkan terlihat ekstrim ???

Tidak pantaskah ana berharap mendapatkan sesuatu yang lebih mulia di hadapanNYA??? Astaghfirulloh…

Ya ALLAH, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya. Jadikanlah pada pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya. Dan dari depanku cahaya. Jadikanlah dari atasku cahaya. Dari bawahku cahaya. Ya ALLAH…berikanlah kepadaku cahaya dan jadikanlah aku cahaya…

WALLAHU’ALAM BISH SHOWAB.
Di pencarian mutiara di dasar hati...

Created by ALLAH and Rosululloh are Enough for Me...

Surat Putus

“Syaithan itu memberikan janji-janji pada mereka, dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal, tiadalah syaithan itu menjanjikan kepada mereka selain tipuan belaka.” (An Nisaa’:120)

Tidak sadar ya ditipu syaithan?? Memang ada kok orang yang baru sadar sesudah sampai di akhirat. Sesal kemudian selalu tak berguna Aduhai.., celaka aku.., kiranya aku dulu tidak menjadikan si Fulan sebagai kekasihku!! Sesal ini hanya akan menjadi gigit jari kenestapaan..

“Dan (ingatlah) hari di mana si zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata, ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rosul. Kecelakaan besarlah bagiku,. Kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan menjadi kekasihku!” (Al Furqon: 27-28)

Ni.., ada contoh surat buat kalian yang mau mengikuti jejak Rosul dan mengabaikan bisikan syaithan itu ..,


Assalaamu ‘alaykum wa rohmatulloohi wa barokaatuh.

Ba’da tahmid dan sholawat…

Syukur pada Alloh yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbarui taubat.

Akhi, rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang Tak pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam. Yang siap Memberi apapun yang kupinta. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya.

Maaf akhi, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil, dan kerdil di hadapanNya. Ia berbuat apa saja sekehendakNya kepadamu. Dan, akhi, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya cemburu. Aku takut hubungan kita selama ini membuatNya murka. Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras SiksaNya.

Akhi, belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan olehNya. Ia bisa marah, akhi. Marah tentang saling pandang yang pernah kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita yang belum halal itu, marah karena suatu ketika dengan terpaksa aku harus membonceng motormu, marah karena pernah ketetapanNya kuadukan padamu atau tentang lamunanku yang selalu membayangkan wajahmu. Ia bisa marah. Tapi sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga Ia mau Memaafkan dan Mengampuni. Akhi, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf, Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.

Akhi, jangan marah ya. Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku padaNya, tidak pada selainNya. Tapi tak Cuma aku, akhi. Kau pun bisa menjadi kekasihNya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan. Caranya satu, kita harus jauhi larangan-laranganNya termasuk dalam soal hubungan kita ini. insyaAlloh, Dia punya rencana yang indah untuk masa depan kita masing-masing. Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenciNya, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang wanita sholihah. Ya, wanita sholihah yang pasti jauh lebih baik dari diriku saat ini. Ia yang akan membantumu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridho Alloh dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah doaku untukmu, semoga kaupun mendoakanku, akhi.

Akhi, aku akan segera menghapus namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini. Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Alloh. Ya, saudara di jalan Alloh, akhi. Itulah ikatan terbaik. Tak hanya antara kita berdua, tapi seluruh orang mukmin di dunia. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rosululloh di telaganya, lalu beliau pun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.

Maaf, akhi. Tak baik rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini merusak hati. Goresan pena terakhirku di surat ini adalah, doa keselamatan dunia akhirat sekaligus TANDA AKHIR DARI HUBUNGAN HARAM KITA., insyaAlloh..

Wassalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh..


Nah, sekarang pilih jalan sendiri. Mau ke pintu surga abadi atau di siksa di neraka..^^

Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi; Malaikat Jibril Menjelma dalam Rupanya

’Awwaanah bin al-Hakam berkata, “Manusia yang paling tampan rupanya, ialah seseorang yang Malaikat Jibril ’alaihis salam datang dalam bentuk rupanya. Yakni Dihyah.”1

Dihyah bin Khalifah al-Kalbi radhiyallahu ’anhu adalah salah satu di antara para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang telah lama masuk Islam. Beliau masuk Islam sebelum perang Badar. Akan tetapi, dalam peperangan itu, beliau belum sempat mengikutinya. Baru, setelah peperangan itu, beliau tidak pernah absen dalam jihad di medan peperangan.2

Dia juga salah seorang sahabat Rasulullah yang masyhur. Dia dikaruniai Allah berupa keutamaan yang tidak dimiliki sahabat lainnya. Di antara keutamaan yang beliau miliki, yaitu Malaikat Jibril ’alaihis salam seringkali datang menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dalam wujud menyerupai dirinya. Imam an-Nasa’i meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Yahya bin Ya’mur rahimahullah dari Ibnu ’Umar,

Malaikat Jibril ’alaihis salam mendatangi Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dalam rupa Dihyah Al-Kalbi.

Dalam hadits lain disebutkan, dari Jaabir radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

Telah diperlihatkan kepadaku para nabi, maka aku melihat Musa ’alaihis salam adalah seorang laki-laki yang kuat, seakan-akan dia adalah lelaki dari kaum Syanuu’ah. Dan aku melihat Isa bin Maryam ’alaihis salam, dan yang paling mirip dengannya di antara yang pernah aku lihat, adalah Urwah bin Mas’ud. Dan aku melihat Ibrahim ’alaihis salam, dan yang paling mirip dengannya di antara yang pernah aku lihat ialah sahabat kalian –yaitu diri beliau sendiri– Dan aku pun melihat Jibril ’alaihis salam, dan yang paling mirip dengannya di antara yang pernah aku lihat adalah Dihyah. (HR. Muslim).

Dari Abu ’Utsman, ia berkata,

“Telah diberitakan kepadaku bahwa Malaikat Jibril ’alaihis salam datang kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, dan Ummu Salamah sedang bersama beliau. Maka, dia pun berbicara lantas berdiri, sehingga Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pun berkata kepada Ummu Salamah, ’Siapakah ini?’ – atau (kurang lebih) seperti (itu) ucapan beliau– Lantas Ummu Salamah pun berkata, ’Ini adalah Dihyah’. Ummu Salamah berkata,

’Demi Allah, sungguh aku mengira, ia adalah Dihyah, sampai aku mendengar khutbah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang mengabarkan bahwa dia adalah Malaikat Jibril ’alaihissalam’3

Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengirimkan surat-surat seruan memeluk Islam kepada para raja, kisra dan kaisar, yaitu pada akhir tahun ke enam hijriah, Dihyah termasuk salah satu delegasi yang ditugaskan. Adapun tugas yang diberikan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam kepada Dihyah, yaitu agar ia menyampaikan surat beliau shallallahu ’alaihi wa sallam kepada Hiraklius, kaisar Romawi.

Dalam satu riwayat disebutkan, dari ’Abdullah bin ’Abbas radhiyallahu ’anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menulis surat kepada kaisar untuk mengajaknya masuk Islam. Beliau pun mengutus Dihyah al-Kalbi untuk menyampaikan suratnya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memintanya supaya menyerahkan surat tersebut kepada penguasa Bushra, agar ia menyampaikannya kepada kaisar.4

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan di dalam al-Bidayah wan Nihayah, sepulang dari menemui kaisar -dan Dihyah mendapatkan hadiah yang banyak dari kaisar– ketika ia telah sampai di daerah Hisma, ia dihadang oleh sekelompok orang dan mereka pun mengambil semua yang ada padanya. Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus Zaid bin Haritsah radhiyallahu ’anhu untuk memerangi mereka.5

Demikian, seklias kisah Dihyah bin Khaliifah. Pada masa hidupnya, beliau tinggal di daerah Mizzah di Damaskus, dan beliau hidup hingga masa kekhalifahan Mu’awiyyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ’anhuma. Semoga keridhaan Allah Ta’ala senantiasa tercurahkan pada sahabat yang mulia ini.
Disalin dari majalah As-Sunnah edisi 04/XII/1429H 2008M , Rubrik Baituna, hal. 8 Catatan Kaki:

1. Al-Ishaabah, Ibnu Hajar, hal. 371. no. 2474. [↩]
2. Thabaqaat, Ibni Sa’ad, 4/249. [↩]
3. Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Manaqib, bab: ‘Alaamaatin Nubuwwah fil Islaam. [↩]
4. Shahih Bukhari, kitab al-Jihad was Siyar, Bab: Du’aa-in Nabiyyi an-Naasa ilal Islaam. [↩]
5. Al-Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir, 6/242. [↩]

JOMBLO VS PACARAN

Jomblo. Satu kosakata yang sangat ditakuti oleh banyak orang saat ini terutama remaja. Why? Karena kosakata ini mengandung makna negatif yang bikin alergi. Suatu pertanda tidak lakunya seseorang untuk mendapatkan teman kencan dari lawan jenis. Idih…nggak laku? Emangnya jualan kolor?
Tapi asli kok, banyak banget remaja apalagi kalangan cewek yang merasa seperti kena kutukan kalo sampe predikat jomblo mereka sandang. Akhirnya dengan berbagai macam cara mereka berusaha untuk melepaskan kutukan ini meskipun dengan berbagai cara. Sudah nonton film 30 Hari Mencari Cinta? Di film itu kan menceritakan tiga orang remaja cewek yang sama-sama berada pada kondisi jomblo. Mereka membuat kesepakatan untuk mencari pacar dalam waktu 30 hari. Bagi yang menang, maka ia akan menjadi raja dan diperlakukan bak putri karena semua pekerjaan rumah akan dikerjakan oleh yang kalah.

Singkat cerita, mereka bertiga benar-benar fokus untuk mendapatkan pacar dalam rentang waktu itu. Karena ngebetnya, sampai-sampai harga diri pun sempat akan tergadaikan ketika sang pacar menginginkan making love alias berhubungan seksual layaknya suami-istri. Belum lagi ngebetnya salah satu tokoh di sana pingin merasakan nikmatnya ciuman bibir sampai melatih diri dengan guling. Naudzhubillah.

Belum lagi resiko bubarnya persahabatan yang mereka bina selama ini hanya karena cemburu dan khawatir pacarnya diembat sahabat sendiri. Meskipun ending-nya semua pacar-pacar karbitan itu pada bubar, tapi kita bisa melihat seberapa parah kondisi remaja kita saat ini terutama dalam pergaulannya.
So, ternyata predikat jomblo begitu menakutkan buat sebagian remaja yang miskin iman. Mereka lebih memilih jalan maksiat dengan pacaran daripada menyandang status ini. Meskipun seringkali dalam pacaran mereka juga merasa terpaksa. Bisa karena dipaksa teman, bisa karena dipaksa ortu, bisa juga dipaksa diri sendiri karena konsep diri yang salah. Jadi emang bisa banyak alasan.
Dipaksa teman terjadi bila teman satu genk pada punya cowok semua. Trus ada satu yang nganggur. Jadilah ada pemaksaan beramai-ramai supaya yang satu ini segera dapat gebetan. Udah deh, siapa aja boleh asal berstatus cowok. Waduh, gawat juga kan. Bisa-bisa sapi dipakein celana bisa diembat juga tuh saking nafsunya (hehehe…)

Ortu bisa jadi mengambil peranan dalam ajang kemaksiatan ini. Ada loh beberapa tipe ortu yang kelimpungan ketika anak gadisnya belum punya pacar. Padahal anaknya sendiri udah nyadar bahwa ini adalah ajang berlumur dosa. Eh, ortunya ngotot agar sih anak nyari pacar. Tulalit banget kan?
Atau bisa juga konsep diri remaja yang salah. Ia merasa merana tanpa punya pacar. Ia merasa jelek dan nggak laku ketika belum pernah merasakan rasanya pacaran. Ia akan jauh lebih bahagia bila ada cowok di sampingnya. Nah, ini adalah konsep yang salah dan menyesatkan.

Belum lagi dorongan media, baik TV, radio ataupun majalah yang menawarkan gaya hidup bebas dengan label pacaran yang semakin gencar dilakukan. Udah deh, itu semua adalah banyak faktor yang bikin remaja ngebet untuk bisa pacaran. Padahal, apa sih yang didapat oleh pacaran, adalah perbuatan yang bisa kamu putuskan dengan sadar. Jadi, tulisan kali ini akan membantu kamu untuk membuat keputusan benar dalam hidup. Jangan sampai kamu melakukan perbuatan yang salah dan membuatmu menyesal kemudian. Lanjut!

Kenapa harus pacaran?

Hayo…bisa nggak kamu jawab pertanyaan ini? Kenapa harus pacaran? Hmm…mungkin di antara kamu ada yang menjawab:
‘biar nggak kuper’
‘biar nggak dibilang nggak laku’
‘biar ada cowok yang sayang sama kita’
‘biar ada semangat untuk belajar’
‘biar nggak malu dengan teman-teman yang pada punya pacar juga’
‘sekedar pingin tahu rasanya’
dll, masih banyak lagi alasan yang bisa kamu ajukan sebagai pembenaran. Oke deh, kita coba telaah satu per satu yah, masuk akal nggak sih alasan-alasan yang kamu punya itu.

Pacaran, adalah aktivitas yang dilakukan berdua dengan sang kekasih sebelum menikah. Aktivitas atau kegiatan ini bisa bermacam-macam bentuknya. Bisa nonton bareng, makan bakso berdua, jalan berdua atau belajar bersama. Tapi alasan terakhir ini kayaknya banyak nggak jadi belajarnya deh karena pada sibuk mantengin gebetan masing-masing. Iya apa iya?
Kalo kamu sekedar takut dibilang kuper karena nggak mau pacaran, maka mereka para aktivis pacaran itulah yang sebenarnya orang paling kuper dan kupeng sedunia. Why? Karena saya yakin orang pacaran itu dunianya akan berkutat dari pengetahuan tentang doi aja. Coba kamu tanya apa dia tahu perkembangan teknologi terkini? Apa dia tahu di Palestina itu ada masalah apaan sih? Apa dia juga tahu kalo Amerika itu ternyata adalah teroris sejati?

Yakin deh, pasti mereka yang suka pacaran itu nggak bakalan tahu topik beginian. Kalo begitu, mereka itulah yang kuper dan kupeng. Paling tahunya cuma apa hobi sang pacar, apa warna favoritnya, apa makanan kesukaannya, dll. Coba Tanya berapa nilai ulangan matematikanya, fasih nggak bahasa Inggris-nya, bagus nggak karangan bahasa Indonesia-nya, dan hal-hal seputar itu, pasti deh aktivis pacaran pada bloon untuk hal beginian. Kalo pun ada yang pintar, itu sama sekali nggak ada hubungannya dengan pacaran sebagai semangat belajar.

Sebaliknya, pacaran adalah adalah ajang maksiat. Bukankah sudah dikatakan oleh Rasulullah saw., “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka tidak boleh baginya berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita, sedangkan wanita itu tidak bersama mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiga di antara mereka adalah setan” (HR Ahmad)
Waduh, emang kamu mau jadi temannya setan? Hiii, naudzubillah banget tuh.

Jangan beralasan kamu kuat iman, maka tetep aja ngeyel berdua-duaan. Banyak tuh kasus ngakunya aktivis rohis dan niatnya dakwah eh..malah kebablasan pacaran. Ingat, berzina adalah salah satu dosa besar yang hanya bisa ditebus dengan taubatan nasuha. Taubat yang sungguh-sungguh dan tak akan pernah mengulangi lagi. Bukan taubat jenis tomat, saat ini tobat, besok kumat. Duh, itu sih namanya main-main alias nggak serius dan mau berubah total. Nggak baik, Non!

Jomblo adalah pilihan..

Kok bisa? Di saat teman-teman pada risih dengan status jomblo, masa’ sih malah bisa dijadikan status pilihan? Bisa aja, why not gitu loh? Lagian tergantung persepsi kan?

Kondisi jomblo adalah kondisi yang independen, mandiri. Di saat teman-teman cewek lain serasa nggak bisa hidup tanpa gebetan, kamu merasa sebaliknya. Nggak harus jadi cewek tuh aleman, manja, tergantung ke cowok, dan merasa lemah. Huh…jijay bajay banget. Jadi cewek kudu punya pendirian, nggak asal ikut-ikutan. Meskipun teman satu sekolah memilih pacaran sebagai jalan hidup, kamu tetap keukeuh dengan prinsip: “jomblo tapi sholihah”. Huhuy!

Ada atau nggak ada yang mau, dia nggak bakal ambil pusing. Mikirin rumus fisika aja sudah cukup pusing, pake mikir hal lain. Maksudnya, mikirin pacar atau pacaran adalah sesuatu yang nggak penting bagi dirinya. Selain ngabisin waktu dan energi, yang pasti menguras konsentrasi dan emosi.

Kalo kamu jadi cewek sudah oke, baik di otaknya, kepribadiannya apalagi akhlaknya, jadi jomblo bukan sesuatu yang terpaksa tuh. Malah jomblo adalah sebuah kebanggaan. Kamu bisa tunjukkan kalo jomblo adalah harga diri. Menjadi jomblo bukan karena nggak ada yang mau, tapi kitanya yang emang nggak mau kok sama cowok-cowok anak kecil itu. Lho, kok?

Iya, cowok kalo beraninya cuma pacaran itu namanya masih cowok kecil. Masa’ masih kecil udah pacaran. Huh! Kalo cowok yang udah dewasa, pasti ia nggak berani pacaran, tapi langsung dating ke ortu si cewek dan ngelamar. Merit deh jadinya. Selain menunjukkan tanggung jawab, cowok dewasa tahu kalo pacaran cuma ajang tipu-tipu dan aktivitas berlumur dosa. Hayo…pada berani nggak cowok-cowok kecil itu?

Jomblo tapi sholihah

Jangan pernah takut diolok teman sebagai jomblo. Jangan pernah malu disebut nggak laku. Toh, mereka yang berpacaran saat ini belum tentu juga jadi nikah nantinya. Tul nggak? Malah yang banyak adalah putus di tengah jalan, patah hati terus bunuh diri. Hiii, naudzubillah. Atau bisa jadi karena takut dibilang jomblo malah dapat predikat MBA tanpa harus kuliah alias Married By Accident.

Lagipula, cewek kalo mau dipacarin kesannya adalah cewek gampangan. Gampang aja dibohongin, gampang diboncengin, gampang dijamah, dan gampang-gampang yang lain. Idih…nggak asyik banget! Toh, nantinya para cowok itu juga bakal males sama cewek beginian karena udah tahu ‘dalemannya’, mereka pinginnya dapat cewek baik-baik.

Terlepas apa motivasi mereka, yang pasti kamu kudu punya patokan atau standar tersendiri. Kamu nggak mau pacaran karena itu dosa. Kamu memilih jomblo karena itu berpahala dan jauh dari maksiat. Kamu nggak bakal ikut-ikutan pacaran karena takut dibilang jomblo dan nggak gaul. Kamu tetap keukeuh pada pendirian karena muslimah itu orang yang punya prinsip. Itu artinya, kamu selalu punya harga diri atas prinsip yang kamu pegang teguh. Iya nggak seh?

Karena banyak juga mereka yang meskipun sudah menutup aurat dengan kerudung gaul, masih enggan disebut jomblo. Jadilah mereka terlibat affair bernama pacaran sekadar untuk gaya-gayaan. Benar-benar nggak ada bedanya dengan mereka yang nggak pake kerudung. Malah parahnya, masyarakat akan antipati sama muslimah tipe ini. Berkerudung tapi pacaran. Berkeredung tapi masih suka boncengan sama cowok non mahrom. Berkerudung tapi sering berduaan sama cowok dan runtang-runtung nggak jelas juntrungannya. Padahal, kelakuannya yang model begitu itu bisa membuat jelek citra kerudung, imej Islam jadi rusak, dan tentunya doi bikin peluang orang lain untuk menilai dan memukul rata bahwa doi mewakili muslimah. Parah banget!

Intinya, predikat jomblo jauh lebih mulia kalo kamu menghindari pacaran karena takut dosa. Menjadi jomblo jauh lebih bermartabat kalo itu diniatkan menjauhi maksiat. Menjadi jomblo sama dengan sholihah kalo itu diniatkan karena Allah semata. Bukankah hidup ini cuma sementara saja? Jadi rugi banget kalo hidup sekali dan itu nggak dibikin berarti. Jadi kalo ada yang rese dengan kamu karena status jomblomu, katakan saja ‘jomblo tapi sholihah, so what gitu loh!’. Hidup jomblo!

Bagi yang mau BERPACARAN, BACA INI..!!

Apakah perwujudan cinta itu hanya berarti kasmaran saja? Hmm…menurut salah seorang peneliti, cinta itu bisa berarti banyak, dan salah satunya memang bisa diartikan kasmaran dan kasih terhadap lawan jenis. Karena perasaan senang terhadap lawan jenis itu merupakan fitrah, berarti sah-sah aja dong, namun apakah sarananya harus pacaran?
Sarana yang terbaik adalah simpan rasa itu, tata dengan rapi dan ekspresikan dengan cara yang halal, yaitu menikah. Ehem…
Senang sama lawan jenis, boleh gak ya? Bukankah itu fitrah!
Ehm, siapa yang bilang nggak boleh? Tapi apakah sarananya harus pacaran?
EMOSI CINTA
Menurut para peneliti, yang dimuat Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence, CINTA ADALAH SALAH SATU EMOSI YANG ADA PADA MANUSIA. Emosi cinta ini mengandung beberapa emosi lain seperti: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, hormat, kasmaran dan kasih.
Nah, dari emosi-emosi turunannya itu, jelas terlihat kalo PERWUJUDAN CINTA LEBIH LUAS SIFATNYA, BUKAN SEKEDAR KASMARAN SAJA. Persahabatan, penerimaan, kebaikan hati dsb bisa kita ekspresikan tanpa harus pacaran.
Tapikan, seorang laki-laki butuh perempuan, dan juga sebaliknya? Glek! (*smile*)
Jawabannya, memang iya sih! Namun, apakah lantas karena butuh itu kita jadi menerobos garis batas yang telah diatur Allah untuk menjaga kita?
WAJAR SAJA
Yap, wajar saja kalo kita senang dengan lawan jenis. Fitrah, betul itu! Tapi FITRAH BUKAN BERARTI HARUS DITURUTI SEHINGGA TAK TERKONTROL. KITA HARUS TETAP MENJAGA FITRAH AGAR TETAP MURNI DAN TAK TERKOTORI DENGAN NAFSU SESAAT. Cinta itu sendiri terbagi menjadi dua:
1. Cinta yang Syar’i
Cinta yang syar’i dasarnya adalah iman. Buka deh Q.S. 3:15, 52: 21 dan 3: 170.
2. Cinta yang Tidak Syar’i.
Sedangkan cinta yang tidak syar’i dasarnya adalah syahwat. Untuk yang ini silakan dibuka Q.S. 3:14, 80: 34-37, dan 43:67.
Kalau di stiker-stiker kamu sering baca: Cinta Allah, Rasul, dan jihad fi sabilillah, itu benar adanya. Urutan itulah yang utama. ALLAH MEMBENARKAN CINTA YANG SIFATNYA SYAHWATI seperti di Q.S. 3:14 (wanita/pria, anak, harta benda, dsb), SEBAB KECINTAAN YANG SIFATNYA SYAHWAT INI ADALAH TABIAT MANUSIA. Nah, KECINTAAN INILAH YANG PERLU DIKENDALIKAN.
Gimana cara mengendalikannya?
JAGALAH HATI
Ingat kisah Fatimah ra, putri Rasulullah saw? Setelah menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra, Fatimah mengaku pernah menyukai seorang laki-laki. Ketika ditanya Ali, siapa laki-laki itu, Fatimah menjawab lelaki itu sebenarnya Ali sendiri (ehem!).
Bisa ditarik kesimpulan, sebenarnya sudah ada bibit cinta pada diri Fatimah terhadap Ali, tapi toh beliau nggak lantas jadi kasmaran dan mengekspresikan cintanya dengan suka-suka gue. Beliau simpan rasa itu, menatanya dengan rapi dan mengekspresikan saat memang sudah
halal untuk diekspresikan, yaitu saat telah menikah.
Aduh, jauh banget ya? Nggak juga kok, karena itulah kendalinya. Kalau belum siap menikah? Ya, jangan main api. Lebih baik ‘main air’ saja biar sejuk. Gimana ‘main air’-nya?
1. Jaga pergaulan. Bukan berarti ngggak boleh gaul sama cowok, tapi JAGA PANDANGAN (bukan berarti nunduk terus).
2. Kalau menyukai lawan jenis, CUKUP SAMPAI TAHAP SIMPATI. Jaga hati. Kalau nggak tahan, jauhi diri dari orang yang kita sukai. Banyak-banyak puasa.
3. Banyak ikut kegiatan buat mengalihkan diri. Kurangi interaksi yang kurang jelas dengan lawan jenis. Tapi harap ingat, di setiap tempat kita pasti selalu bertemu dengan lawan jenis. Jadi SOLUSI UTAMA MEMANG MENJAGA DIRI.
4. Banyakin teman (yang sejenis lho) dan cobalah untuk terbuka dengan teman itu. Jadi kamu nggak merasa kesepian. Cuma AKAL-AKALAN SI SETAN KOK KALO KAMU MERASA PUNYA TEMAN COWOK LEBIH ENAK DARIPADA TEMEN CEWEK ATAU SEBALIKNYA. Ngibul tuh si setan!
5. Masih nggak kuat dan tetap ingin pacaran? Ya silakan saja. Tapi tanggung resikonya (kamu-kan sudah baligh). Harap diketahui, API NERAKA ITU PANAS, MESKI DI MUSIM HUJAN. DOSA BESAR ITU AWALNYA DARI KUMPULAN DOSA KECIL. Nah lho!

Wanita Suci (Suara Hati Seorang Ikhwan untuk Seluruh Wanita Suci di Dunia)

Wanita suci,
Mungkin aku memang tak romantis tapi siapa peduli?
Karena toh kau tak mengenalku dan memang tak perlu mengenalku.
Bagiku kau bunga, tak mampu aku samakanmu dengan bunga terindah sekalipun.
Bagiku manusia adalah makhluk yang terindah, tersempurna dan tertinggi.
Bagiku dirimu salah satu dari semua itu, karenanya kau tak membutuhkan persamaan.

Wanita suci,
Jangan pernah biarkan aku manatapmu penuh, karena akan membuatku mengingatmu.
Berarti memenuhi kepalaku dengan inginkanmu.
Berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding khayalku.
Membuatku inginkanmu sepenuh hati, seluruh jiwa, sesemangat mentari.
Kasihanilah dirimu jika harus hadir dalam khayalku yang masih penuh Lumpur.
Karena sesungguhnya dirimu terlalu suci.

Wanita suci,
Berdua menghabiskan waktu denganmu bagaikan mimpi tak berujung.
Ada ingin tapi tak ada henti.
Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu, meski ujung penutupmu pun tak berani kusentuh.
Jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku karena sucimu kaupertaruhkan.
Mungkin kau tak peduli
Tapi kau hanya menjadi wanita biasa di hadapanku bila kau kalah.
Dan tak lebih dari wanita biasa.

Wanita suci,
Jangan pernah kautatapku penuh
Bahkan tak perlu kaulirikkan matamu untuk melihatku.
Bukan karena aku terlalu indah, tapi karena aku seorang yang masih kotor.
Aku biasa memakai topeng keindahan pada wajah burukku, mengenakan pakaian sutra emas.
Meniru laku para rahib, meski hatiku lebih kotor dari Lumpur.
Kau memang suci, tapi masih sangat mungkin kau termanipulasi.
Karena kau toh hanya manusia-hanya wanita.

Wanita suci,
Beri sepenuh diri pada dia sang lelaki suci yang dengan sepenuh hati membawamu kehadapan Tuhanmu.
Untuknya dirimu ada, itu kata otakku, terukir dalam kitab suci, tak perlu dipikir lagi.
Tunggu sang lelaki itu menjemputmu, dalam rangkaian khitbah dan akad yang indah.
Atau kejar sang lelaki suci itu, karena itu adalah hakmu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah.
Jangan ada ragu, jangan ada malu, semua terukir dalam kitab suci.

Wanita suci
Bariskan harapanmu pada istikharah sepenuh hati ikhlas.
Relakan Allah pilihkan lelaki suci untukmu, mungkin sekarang atau nanti, bahkan mungkin tak ada sampai kau mati.
Mungkin itu berarti dirimu terlalu suci untuk semua lelaki di fana saat ini.
Mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu, yang kaubangun dengan segala kekhusyu'an tangis do'amu.

Wanita suci
Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya.
Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah.
Mungkin kebaikan itu bukan pada lelaki yang terpilih itu, melainkan pada jalan yang kaupilih,
seperti kisah seorang wanita sudi di masa lalu yang meminta ke-Islam-an sebagai mahar pernikahannya.
Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi.
Kekasih tempat kita memberi semua cinta dan menerima cinta
dalam setiap denyut nadi kita.

Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta (untukmu para ikhwan...)

"Dari Akhwat Untuk Ikhwan"

Malam kelabu mungkin tidak akan mampu merubah lukisan langit yang terlanjur biru.Untuk kamu para ikhwan mudah-mudahan bisa menjadi bahan renungan..

Aku ingin bicara atas nama Wanita, terlebih Akhwat (kalau boleh sih).Apa beda?,silahkan antum memaknainya..
Tolong untuk para Ikhwan (atau yg merasa sebagai Muslim) :

Wanita adalah makhluk yang sempit akal dan mudah terbawa emosi. Terlepas bahwa aku tidak suka pernyataan tersebut, but itu fakta. Sangat mudah membuat wanita bermimpi. Tolong, berhentilah memberi angan-angan kepada kami. Mungkin kami akan melengos kalau disapa. Atau membuang muka kalau dipuji. But, jujur saja, ada perasaan bangga. Bukan suka pada antum (mungkin) but suka karena diperhatikan "lebih".
Diantara kami, ada golongan Maryam yang pandai menjaga diri. Tetapi tidak semua kami mempunyai hati suci.
Jangan antum tawarkan sebuah ikatan bernama Ta'aruf bila antum benar-benar belum siap akan konsekuensinya. Sebuah ikatan ilegal yang bisa jadi berumur tak cuma dalam hitungan bulan tetapi menginjak usia tahun, tanpa kepastian kapan akan dilegalkan.

Tolong, pahami arti Cinta seperti pemahaman Umar Al Faruq.
Bukan mengajak kami ke bibir neraka. Dengan SMS-SMS mesra, telepon sayang, hadiah-hadiah ungkapan cinta dan kunjungan pemantapan yang dibungkus sebuah label : Ta'aruf.
Tolong, kami hanya ingin menjaga diri. Menjaga amal kami tetap tertuju pada-Nya. Karena janji Allah itu pasti. "Wanita baik hanya Diperuntukkan Laki-laki baik".

Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu.
Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu.
Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu.
Jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu.
Jangan ajak hati kami berzina dengan berkhalwat denganmu.

Ada beda... Persahabatan sebagai saudara, dengan hati yang sudah terjangkiti virus...
Beda itu bernama "Rasa" dan "Pemaknaan".
Bukan, bukan seperti itu yang dicontohkan Rasulullah.
Antum memang bukan Mush'ab.
Antum juga tak sekualitas Yusuf As.
Tetapi Antum bukan Arjuna dan tak perlu berlagak seperti Casanova.
Karena Islam sudah punya jalan keluar yang indah : Segeralah Menikah atau Jauhi Wanita dengan Puasa.
Tolong, sebelum antum memutuskan untuk mendatangi kami jawab dulu Pertanyaan ini dengan Jujur :

1. Setelah 3 bulan antum mendatangi dan menyatakan Cinta, antum masih belum siap untuk mengikrarkan dalam sebuah Pernikahan ?
2. Ataukah antum masih butuh waktu lebih lama dan meminta kami menunggu, dengan alasan yang tidak syar'i dan terlalu duniawi ?

Kalau Jawabannya : "Ya !"
"SELAMAT"

Berarti antum lebih pantas masuk surga dibandingkan Ali bin Abi Thalib. Dia baru berani mengatakan Cinta kepada Fathimah, setelah menikah. Ali, pemuda kesayangan Rasul, tetapi menunggu waktu bertahun-tahun untuk mengatakannya. Bukan karena dia pengecut tentu saja justru karena dia adalah laki-laki kualitas Surga...

Tolong, kami tidak ingin menyakiti hati calon Suami kami yang sebenarnya. Mereka berusaha untuk menjaga Hijab, agar datang kepada kami dalam kondisi suci hati, tetapi kami malah menjajakan Cinta kepada laki-laki yang belum tentu menjadi suami kami. Atau antum sekarang sudah berani menjamin bahwa antum adalah calon Suami kami sebenarnya ?

Maaf, Wanita itu lemah dan mudah ditaklukkan. Sebagai Saudara kami Tolong Jaga kami. Karena kami akan Kuat menolak rayuan Preman, but bisa jadi kami Lemah dengan Surat Cinta kalian.

Bukankah akan lebih indah bila kita bertemu dengan jalan yang diberkahi-Nya ?
Bukankah lebih membahagiakan bila kita dipertemukan dalam kondisi diridhoi-Nya ?

Bukan cuma saat Menikah, tetapi saat pertemuan yang juga bebas dari maksiat. Allah Maha Pencemburu, dan Dia Maha Memiliki kami.
So,,, Mintalah kepada-Nya sebelum mendatangi kami

Kamis, 05 November 2009

Diantara Kehalusan dan Kelembutan Islam

Dengan adanya peristiwa bom yang menggemparkan mata dunia baru-baru ini di Jakarta tentu membuat orang menebak dan menduga inilah pasti ulah kaum muslimin garis keras yang ekstrim. Pembunuhan, kekerasan, terorisme atau nama lain yang tidak menyenangkan berusaha keras di sandarkan atas nama islam. Padahal islam sendiri berlepas diri darinya. Bagi setiap muslim dan muslimah dan siapa saja yang ingin belajar memahami islam dengan baik dan benar layak merenungkan hadits ini.

Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam :

“Imam itu mempunyai tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Yang paling tinggi ialah perkataan Laa ilaaha illallah, sedangkan yang paling rendah ialah menghilangkan gangguan dari jalan dan sifat malu adalah salah satu cabang dari keimanan”1

Ustadz Abdul Hakim Abdat (semoga Allah menjaganya) dalam Kitab beliau Al-Masail jilid 6 halaman 28 berkata:

Hadits yang mulia ini adalah sebuah hadits yang sangat besar dan sangat agung sekali. Hadits yang menjadi salah satu dasar di dalam islam. Dia menjelaskan tentang keimanan yang mempunyai tujuh puluh cabang lebih. Yang tertinggi adalah kalimat thayyibah Laa ilaaha illallah, sedangkan yang paling rendah adalah menghilangkan gangguan dari jalan. Kalau islam telah memerintahkan untuk menghilangkan gangguan dari jalan yang merupakan salah satu cabang keimanan meskipun sangat kecil sekali dan hampir-hampir tidak kelihatan seperti duri yang ada di jalan, atau kayu yang melintang menghalangi perjalanan manusia dan seterusnya, maka bagaimana mungkin islam memerintahkan dan mengajarkan umatnya untuk mengebom tanpa haq sebagaimana yang dituduhkan oleh musuh-musuh islam . Kalau duri yang ada di jalan saja telah di perintahkan untuk disingkirkan.

Itulah salah satu kehalusan dan kelembutan islam sayangnya sedikit sekali orang yang mau mengambil pelajaran darinya dan kepada Allahlah kita memohon pertolongan. Semoga Allah mengampuni kesalahan dan dosa-dosa kita semua.amin. Wallahu’alam bish-shawaab.

Sumber Rujukan :
AL-Masail (Masalah-masalah Agama) jilid VI/28-29,Darus Sunnah, Jakarta, Juli 2007.
Catatan Kaki:

1. Hadits Shahih riwayat Bukhari no.9 dan Muslim 1/46. Dan lafazh hadits riwayat Imam Muslim. [↩]

13 Penawar Racun Kemaksiatan

Disadur secara ringkas dari buku 13 Penawar Racun kemaksiatan (terjemahan dari kitab Sabiilun najah min syu’mil ma’shiyyah) karangan Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy, terbitan Darul Haq, Jakarta.

Berikut ini ada beberapa terapi mujarab untuk menawar racun kemaksiatan.

1. Anggaplah besar dosamu

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata, ”Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa) dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.”

2. Janganlah meremehkan dosa

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.” (HR. Ahmad dengan sanad yang hasan)

3. Janganlah mujaharah (menceritakan dosa)

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan demikian’. Pada maalm hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Taubat nasuha yang tulus

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padang pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keaadaan bersedih terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira, ‘Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah ucap karena sangat bergembira”. (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Jika dosa berulang, maka ulangilah bertaubat

Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata, ”Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” ditanyakan, ‘Jika ia mengulangi lagi?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Jika ia kembali berbuat dosa?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Sampai kapan?’ Dia menjawab, ‘Sampai setan berputus asa.”’

6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan

Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara keseluruhan dan sibuk dengan selainnya.

7. Senantiasa beristighfar

Saat-saat beristighfar:

a. Ketika melakukan dosa

b. Setelah melakukan ketaatan

c. Dalam dzikir-dzikir rutin harian

d. Senantiasa beristighfar setiap saat

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam beristighfar kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali (dalam hadits lain 100 kali).

8. Apakah anda berjanji kepada Allah untuk meninggalkan kemaksiatan?

Tidak ada bedanya antara orang yang berjanji kepada Allah (berupa nadzar atas tebusan dosa yang dilakukannya) dengan orang yang tidak melakukannya. Karena yang menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam kemksiatan tidak lain hanyalah karena panggilan syahwat (hawa nafsu) lebih mendominasi dirinya daripada panggilan iman. Janji tersebut tidak dapat melakukan apa-apa dan tidak berguna.

9. Melakukan kebajikan setelah keburukan

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,

”Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih))

10. Merealisasikan tauhid

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,

”Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan keburukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang kepada-ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang sama.” (HR. Muslim dan Ahmad)

11. Jangan berpisah dengan orang-orang yang baik

a. Persahabatan dengan orang-orang baik adalah amal shalih

b. Mencintai orang-orang shalih menyebabkan sesorang bersama mereka, walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal

c. Manusia itu ada 3 golongan

i. Golongan yang membawa dirinya dengan kendali takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.

ii. Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia berharapa suatu hari dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.

iii. Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal karena kehilangan hal itu.

d. Penyesalan dan penderitaan karena melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik dari persahabatan yang baik

e. Tidak ada alasan untuk berpisah dengan orang-orang yang baik

12. Jangan tinggalkan da’wah

Said bin Jubair berkata, ”Sekiranya sesorang tidak boleh menyuruh kebajikan dan mencegah dari kemungkaran sehingga tidak ada dalam dirinya sesuatu (kesalahanpun), maka tidak ada seorangpun yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.” Imam malik berkomentar, ”Ia benar. Siapakah yang pada dirinya tidak ada sesuatupun (kesalahan).”

13. Jangan cela orang lain karena perbuatan dosanya

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menceritakan kepada para shahabat bahwasanya seseorang berkata, ”Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.” Allah swt berkata, ”Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.” (HR. Muslim).

Karenanya Kau dipilih

Begitu banyakkah wanita yang belum menemukan jodohnya? Sungguh suatu fenomena yang memprihatinkan. Bukankah pernikahan merupakan kebutuhan mendasar? Semua orang menginginkan dan merindukan. Lepas dari jumlah perempuan yang semakin membengkak, tentu tak luput dari faktor kriteria pilihan.Tidak bisa dipungkiri lelaki biasanya memasang setumpuk kriteria calon istrinya, begitupun dengan wanita punya segudang syarat untuk calon suaminya. Tidak jarang saking ketat dan tingginya kriteria mengakibatkan jodoh sebatas angan-angan.

Kembang, sebut saja begitu, usia sudah merayap pada angka 40-an tahun. Berkali-kali proses pernikahannya gagal. Cantik memang tidak dimilikinya, tinggi juga kurang, kekayaan pun tidak bisa diharapkan, parahnya lagi dia juga bukan tipe wanita yang rajin mengkaji ilmu agama dan akhlak. Hari-harinya dilalui dengan penuh tanda tanya, kapankah suami akan diperolehnya?

SIAPA MENOLAK SALIHAH?

Berkaca dari kasus ini sudah semestinya kalau kaum muslimah menggali potensi untuk meningkatkan kualitas diri. Cantik dan tidak memang sudah dari sananya, demikian juga dengan kecerdasan, tingkat sosial, dan semacamnya. Ada yang bisa dikembangkan sehingga menjadi muslimah berkualitas. Perhatian kepada ilmu agama disertai tentunya dengan penempaan diri sehingga menghasilkan akhlak yang mulia. Tiada pilihan kecuali menjadi wanita yang salihah.

Cantik, yang biasanya dijadikan patokan utama oleh kebanyakan orang, tanpa disertai sifat kesalihatan bisa berbahaya. Pintar juga akan merepotkan bila tidak dikawal oleh akhlak yang baik, bisa menjadi wanita yang panjang lidah, tidak sopan dan beradab, atau selalu menjadi pembangkang. Begitu juga yang berharta, tanpa bimbingan agama, kekayaannya sering tidak membawa manfaat, bahkan sebaliknya menjadi bencana. Status sosial yang tidak dibarengi kualitas agama yang baik hanya akan memunculkan sifat keangkuhan.

Berbeda dengan wanita salihat; tanpa kecantikan, kekayaan, kepintaran dan status sosial akan tetap mendatangkan kebaikan. Lebih-lebih bila disertai oleh satu atau lebih sifat yang empat itu, tentu akan menjadi primadona. Siapa yang tidak ingin menikah dengan wanita kaya, cantik, pintar dan terpandang, salihat lagi !?

INILAH WANITA PILIHAN

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi tuntunan dalam memilih wanita yang akan dijadikan sebagai istri. Bukan sekedar memilih yang pintar, tapi pria mesti pintar memilih dan wanita pun harus berlaku pintar agar menjadi sosok pilihan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan beberapa sifat seorang wanita salihah, pendek tapi cukup untuk menjadi pedoman bagi muslimah.

“Apakah kalian mau saya beritahu tentang simpanan seseorang yang yang paling berharga? Yaitu wanita salihah yang (suaminya) menjadi bahagia bila memandangnya, bila diperintah segera dipenuhi, dan bila suaminya tidak ada dia menjaga kehormatannya.” (riwayat Ahmad)

Inilah yang akan menjadikan seorang wanita sebagai pilihan, simpanan nan berharga:

1. Taat

Seorang gadis yang terbiasa taat pada orang tua, akan mudah taat pada suami ketika sudah menikah nanti. Selama perintah suaminya adalah ma’ruf (tidak menyelisihi syariat) dia segera melaksanakannya. Bila perintah tersebut tidak berkenan, akan dicarinya waktu yang tepat untuk meyakinkan suami agar mengurungkan perintahnya tanpa dibarengi bantahan, penentangan, atau pemaksaan kehendak.

2. Enak Dipandang

Tidak harus cantik. Dengan mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya seorang wanita akan membuat senang suami yang memandangnya. Dia akan mampu membuat suaminya merasa nyaman, tenang dan puas. Rasa lelah yang dirasakan suami setelah bekerja seharian sirna oleh sambutan sang istri. Dengan begitu suami tidak akan berbuat yang tidak-tidak ketika di luar rumah. Hal ini akan mudah dilakukan oleh wanita yang terbiasa bersikap manis dan murah senyum kepada orang tuanya.

3. Cinta dan Pasrah

Seorang pria tentu berharap mendapat seorang istri yang mampu mencintai sepenuh hati dan bersikap pasrah. Wanita yang dalam berbuat dan bertingkah laku selalu berupaya menyenangkan suami dan menjauhi hal-hal yang mendatangkan kebenciannya. Kalau suami, saat di rumah, tidak mendapatkan istri yang bersikap manis, penuh kasih, bersih, senantiasa tersenyum memikat, perkataan indah, penuh cinta nan suci, akhlak islami serta sentuhan tangan yang penuh kasih sayang, maka di mana lagi dia bisa mendapatkannya?

4. Suka Membantu

Wanita salihah adalah yang selalu mengajak suaminya pada kebaikan agama dan dunianya. Bukannya memberatkan, namun justru mengingatkan suami untuk selalu berlaku taat pada Allah subhanahu wa ta’ala, serta memberikan saran dan pendapat demi kemajuan usaha sang suami.

Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha, istri pertama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sekaligus ibu kita semua, merupakan teladan wanita pilihan. Beliau sumbangkan harta dan perhatiannya untuk perjuangan Rasulullah, menyantuni kerabat dan selalu menyambung silaturahmi. Akankah Anda mewarisi sifat dan perilakunya? Kalau ya, karenanyalah engkau dipilih!

Antara Mau dan Kemauan

Saudaraku yang dimuliakan Allah, jika anda ingin makan karena lapar, cukupkan anda berdiam sambil menunggu ada orang yang datang membawakan makanan? Jika anda ingin memiliki penghasilan yang baik, cukupkah anda duduk di rumah menunggu ada orang yang datang membawakan pekerjaan? Jawabnya tentu tidak! Padahal anda yakin Allah Maha Pemberi rezki.

Kesimpulannya, jika anda ingin makan, maka anda akan tergerak untuk bangkit mencari jalan agar anda mendapatkan makanan, begitu pula jika anda ingin mendapatkan penghasilan. Itulah bedanya antara mau dan kemauan. Sekedar ingin makan berarti anda baru sampai pada tahap “mau”, dan itu tidak berarti apa-apa, dia baru akan bermanfaat jika “mau”-nya berubah menjadi “kemauan” yang berbentuk tindakan nyata untuk mewujudkannya.

Namun yang disayangkan – saudaraku -, “kemauan” tersebut baru kita miliki pada hal-hal yang bersifat duniawi seperti contoh di atas. Adapun hal-hal yang bersifat ukhrowi, sering “kemauan” kita hanya sebatas “mau” saja.

Jika ditanya kepada kaum muslimin, apakah mereka ingin menjadi orang shaleh? Maka semuanya akan menjawab: “Ya”. Namun banyak yang hanya sampai disitu, selebihnya tidak ada tindakan nyata yang dia lakukan untuk mewujudkannya. Dirinya tidak bergerak untuk menempuh sarana atau jalan yang dapat mengantarkan kesana. Pengajian tidak dihadiri, al-Qur’an dan buku-buku Islami tidak pernah dibaca, teman-teman yang shaleh justru dia benci.

Bahkan sebaliknya, jalan-jalan keburukanlah yang dia tempuh. Perkumpulan gosip menjadi hobinya, lagu dan musik menjadi temannya, tontonan dan bacaan porno selalu dicarinya dan berbagai bentuk kegiatan rusak, dialah pelanggannya.

Jika demikian halnya, akankah keinginan seorang muslim untuk menjadi orang saleh akan terwujud? Kata seorang penyair:

Anda ingin selamat, namun tidak anda tempuh jalannya
Sesungguhnya perahu tidak berjalan di daratan.

Orang yang sekedar “mau” umumnya bersifat pasif, mencari waktu luang, menunggu peluang, minta dipahami, dst. Sementara orang yang punya “kemauan”, umumnya bersifat aktif, meluangkan waktu, mencari peluang, berusaha memahami dan seterusnya.

Pada masa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, orang-orang munafik yang tidak ikut perang Tabuk mencari-cari alasan mengapa mereka tidak ikut perang, seolah-olah mereka juga sebenarnya ingin ikut berperang, namun Allah Ta’ala membantah argumen mereka:


“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu” (QS At-Taubah: 46)

Saudaraku…
Sejak sekarang, rubahlah “MAU” kita menjadi “KEMAUAN”, dari kemauan menjadi tekad yang kuat untuk menjadi lebih baik.

Diambil dari buku Nasehat dari Hati ke Hati, Abdullah Haidir

Ketika Ku Langkahkan Kakiku Keluar Untuk Bekerja

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَءَاتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ“

Dan hendaklah kamu tetap(tinggal) dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahilyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya (Al-Ahzab :33)

Wahai ukhti muslimah,…Wanita dalam pingitan menunjukkan kemuliaan dan kesucian. Terdapat dalam sejarah dari dulu hingga kemudian. Dalam pingitan malu menjadi hiasan. Wajarlah bila ia menjadi primadona dan dambaan. Bukankah Allah ciptakan bidadari surga dalam pingitan?

Tetapi mengapa wanita sekarang berlomba-lomba meninggalkan rumahnya,menukar tempat yang mulia dengan kehinaan?Bukankah telah Allah perintahkan dalam Al-Qur’an tinggallah dalam rumah-rumah kalian wahai wanita yang beriman?tidakkah kau lihat sekarang terjadi berbagai kerusakan dari banyaknya wanita yang berbaur dengan laki-laki dan berkeliaran?perselingkuhan dan perzinahan menjadi kemaksiatan yang tak lagi menakutkan, pada Allahlah kita meminta pertolongan…

Wahai ukhti muslimah,…banyak slogan bertaburan untuk menjadikan kalian wanita yang mengikuti perkembangan zaman walaupun harus mengorbankan agama dan kehormatan kalian, agar julukan kuno dan ketinggalan zaman tidak melekat pada diri kalian.

Hingga akhirnya wahai saudariku,…sebagian saudari kita merasa sesak dan sempit dadanya ketika harus tinggal dirumah. “Seperti burung dalam sangkar “, katanya. Betapa membosankannya! Merasa nyaman ketika di luar rumah bergaul begitu bebas tanpa batasan, keluar rumah tanpa kebutuhan. Hilanglah sudah rasa malu yang menjadi hiasan utama para wanita, tak merasa risih berbicara dengan lawan jenisnya tanpa ada kebutuhan yang penting atau mendesak bahkan tertawa dan bercanda? Bukankah Rasul kita yang mulia bersabda : “Malu adalah sebagian dari iman?”1

Mereka beralasan “Tidaklah kami keluar melainkan karena kami harus bekerja membantu suami atau orangtua kami karena kebutuhan hidup yang semakin tinggi, bagaimana kami hidup jika kami tidak keluar bekerja?”

Wahai saudariku,…mencari nafkah adalah tanggungjawab suami jika engkau telah bersuami, ridhalah dengan pemberiannya. Syukurilah ia walau tak seberapa, keridhaanmu dan qana’ahmu (menerima apa adanya) justru akan membawa barakah pada harta suamimu. Bila engkau belum menikah maka ayahmulah yang bertanggungjawab atas biaya hidupmu. Bersyukurlah atas pemberian orangtuamu dan berbaktilah pada mereka agar doamu dikabulkanNya. Bukankah Uwais Al-qarni sangat berbakti pada ibunya yang membuat doanya dikabulkan Allah? hingga Nabi kita yang mulia menyuruh Umar Radiyallahu anhu bila berjumpa Uwais agar meminta doa darinya agar Allah mengampuni dosa Umar? Bukankah Umar radiyalahu anhu juga menawarkan dunia berupa surat rekomendasi kepada uwais yang waktu itu akan ke Kufah. Bila saja ia mau menggunakannya maka kehidupannya akan berubah. Dunia mendatangi Uwais dan tunduk padanya akan tetapi Uwais menolaknya dengan berkata, “Menjadi orang biasa dan tidak terkenal adalah lebih aku sukai.”2

Wahai saudariku fillah,… dalam hidup ini kita akan selalu dirisaukan dengan kelaparan, kefakiran dan ketakutan karena memang demikianlah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an sebagai ujian bagi orang-orang yang beriman :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:155)

Tidakkah kau lihat dalam sejarah wahai saudariku,…sebelum sahabat dan sahabiyah mengenal islam. Hidup dalam gelap gulita, kehinaan, permusuhan, pertumpahan darah, kesesatan bahkan kefakiran. Kemudian mereka menyerahkan diri mereka hanya taat pada perintahNya dan RasulNya tercinta. Keikhlasan dan mengikuti Sunnah Nabi mereka adalah pedoman hidup mereka. Jasad mereka berjalan di atas muka bumi tetapi hati-hati mereka tergantung di akhirat. Iman, takwa dan amal shaleh menjadi pakaian mereka. Maka kejayaan, kekayaan bahkan dunia menghampiri dan bertekuk lutut dihadapan mereka. Tidakkah mereka pada saat itu menguasai bumi dari timur hingga barat? Allahpun memenuhi janjiNya.

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.” (An-Nuur: 55).



Wahai saudariku,…aku ulang sekali lagi, bukankah dunia menghampiri para sahabat yang mulia? Mereka tidak tertipu dan terbenam dalam gemerlapnya kehidupan dunia. Akan tetapi justru hidup zuhud adalah pilihan mereka. Mereka tetap memilih untuk khusyu’, tunduk dan berhina diri di hadapan Allah Azza wa jalla.

Lalu arahkanlah pandanganmu sekali lagi pada Al-Qur’an,…akan engkau dapati kisah indah dan menakjubkan. Dua wanita putri nabi yang mulia, sangat terpaksa harus membawa binatang ternaknya ke sumber air Madyan . Karena sang ayah telah lanjut usia hingga tugasnya tak mampu lagi beliau tunaikan. Rasa malu menghalangi mereka untuk berbaur (ikhtilath) dengan kaum lelaki jadilah mereka menunggu dari kejauhan. Mereka rela sabar menunggu memberi minum ternaknya setelah berlalunya rombongan. Inilah dia kisah yang akan membuat hatimu tertawan, Allah berfirman:

وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ

“Dan tatkala ia (Nabi Musa alaihis salam) sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)? ” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”.(Al-Qashas:23).

Maka Allahpun memberikan pertolongan pada kedua putri Nabi Syuaib alahis salam dengan hadirnya Nabi Musa alaihis salam yang memberi minum ternak mereka.



فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ketempat yang teduh lalu berdo’a: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (Al-Qashas :24).

Wahai hamba Allah yang shalihah,…renungkanlah kisah mulia diatas. Rasa malu ternyata telah menjadi hiasan wanita di masa lampau. Walau bagaimanapun beratnya tantangan hidup, dua putri nabi mulia memilih menjauh dari ramai sesaknya para pria. Bersabar menunggu hingga mereka pergi dan berlalu barulah mereka memberi minum ternaknya kemudian Allah pun memudahkan urusan dunia mereka dengan menghadirkan Musa alaihis salam agar menolong mereka berdua.

Diantara saudari kita ada yang berkata, “Kita tetap harus bekerja karena kita butuh pegangan, kita butuh harta agar anak-anak kita tidak terlantar bila ayahnya tiada, apalagi kita tidak tahu isi hati suami kita bagaimana kalau ia tergiur wanita lain lalu melupakan kewajibannya menafkahi keluarga?”

Wahai para istri,…tak ada satupun ulama melarang wanita bekerja dengan dua syarat kewajibanmu sebagai istri engkau tunaikan dan jenis pekerjaan yang tidak melanggar syariat agama. Tinggal dirumah adalah lebih utama akan tetapi bila memang engkau harus keluar maka taatilah rambu-rambu agama. Keluar dengan menutup aurat secara sempurna yaitu dengan jilbab syar’i yang merupakan pakaian wanita bertakwa, hindari ikhtilath semampumu, menundukkan pandangan dan hiasan malumu janganlah engkau tanggalkan. Karena dengan malu itulah engkau menjadi terhormat dan dimuliakan.

Jika engkau berburuk sangka pada suamimu diluar ketika mencari nafkah,..hatimu tidak tenang dan was-was boleh jadi ia tergiur wanita lain. Tidakkah engkau sadar karena ini adalah akibat dari bergaul bebasnya wanita dengan laki-laki sehingga engkaupun terkena fitnah keraguan? Sebagai seorang muslimah yang beriman hendaklah menjauhi dari prasangka karena ini adalah dosa sebagaimana Rabb kita berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa” (Al-Hujuraat: 12)

“Bagaimana bila suamiku tiada, tentu anak-anakku akan terlantar”, Wahai saudariku,… jangan biarkan setan mengelabuhimu. Menakut-nakutimu terhadap perkara ghaib. Kematian adalah perkara yang ghaib, hanya Allah saja yang tahu. Boleh jadi kitalah yang mendahului suami kita karena urusan ajal adalah rahasia Allah semata. Kita dilarang berbuat “rajman bilghaib” yaitu menerka-nerka sesuatu perkara yang ghaib yang dimana hanya Allah saja yang mengetahuinya.

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Dan, tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Lukman : 34).

Bercerminlah wahai ukhti muslimah,…pada Ummu Salamah radiyallahu anha. Ketika suaminya tercinta ditakdirkan Allah sebagai syuhada. Beliau beristirja (mengucapkan innalillahi wa inna ilahi raajiun) kemudian bersabar dan bertawakal kepadaNya dengan berdoa:

“Ya, Allah berikanlah pahala karena musibah ini dan berikanlah kepadaku pengganti yang lebih baik”3.

Maka beliaupun bertanya pada dirinya sendiri, “Siapa gerangan yang lebih baik dari Abu Salamah?” Allahpun menjawab doanya ketika iddah beliau selesai, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam datang melamarnya kemudian menikahinya dan beliau pula yang menanggung anak-anak Ummu Salamah. Ummu Salamah berkata:

Allah telah mengganti untuk diriku yang lebih baik dari Abu Salamah radiyallahu anhu yaitu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.4.

Wahai ukhti muslimah semoga Allah memuliakanmu, setelah engkau membaca kisah Ummu Salamah Radiyallahu anha apalagi yang engkau ragukan?Apa lagi yang engkau risaukan?Bukankah Ar-Rahman telah memberikan jaminan setelah Ia memberikan ujian dan cobaan pada hamba-hambaNya yang beriman?kebahagiaan di akhirat berupa surga yang penuh dengan kenikmatan dan keabadian. Di dunia bahkan Dia akan menggantinya dengan lebih baik dari yang sebelumnya hamba tersebut dapatkan. Buah dari kesabaran dan ketawakalan.

Tinggal di rumah adalah perintah dari Rabbmu Azza Wajalla, sangat utama ibadah dan berpahala. Kebaikan di dalamnya tersimpan melimpah ruah. Barakah dari atas langit senantiasa tercurah.

Duhai, para calon bidadari surga… segeralah kembali pada seruan Penciptamu,taatilah perintahNya maka keberuntungan akan menghampirimu, kebahagiaan dunia akan mendatangimu akhiratpun berbahagia menyambutmu.Wallahu a’lam bish-shawwab.

Artikel ini telah di muraja’ah (dibaca dan di cek ulang) dan di setujui oleh :

Ustadz Khalid Syamhudi Lc dan Ustadz Muhammad Elvy Syam Lc.

Sumber Rujukan:

1. Terjemah Shahih Bukhari,Asy-Syifa’, Semarang.
2. Ringkasan Shahih Muslim,Pustaka Amani, Jakarta.
3. Hiburan bagi Orang-orang Yang Tertimpa Musibah,Muhammad bin Muhammad Al-Manjabi Al-Hambali,Darul Haq,Jakarta.

Saat Tepat Memulai Tobat

Ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan juga berkah. Allah membuka lebar-lebar pintu surga, dan menutup rapat-rapat pintu neraka pada bulan ini. Maka akan sangat tepat, bila bulan ini kita jadikan start untuk memulai tobat dari berbagai dosa dan maksiat yang telah kita perbuat.

KEUTAMAAN TOBAT

Setiap manusia pasti tidak luput dari dosa dan kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Karena itulah kita disyariatkan untuk selalu memohon ampunan kepada Allah, dan segera bertobat bila melakukan kesalahan. Allah Subhaanahu wa Ta’Ala berfirman :

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri“(QS.Al-Baqarah:222)

“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar:53)

Demikianlah, Allah Subhaanahu wa Ta’Ala membukakan pintu ampunan dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakukan kesalahan. Meskipun dosa mereka setinggi langit sekalipun. Sebagaimana sabda Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa Sallam :

“Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan(dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertobat, niscaya Allah akan memberikan tobat pada kalian.“(Riwayat Ibnu Majah).

Diantara keutamaan orang-orang yang bertobat adalah Allah Subhaanahu wa Ta’Ala menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristigfar bagi mereka serta berdoa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala agar Dia menyelamatkan mereka dari azab neraka dan memasukkan mereka ke dalam surga, serta menyelamatkan mereka dari keburukan.

Allah Subhaanahu wa Ta’Ala berfirman,

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya, serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya, dan itulah kemenangan yang besar ” (QS.Ghafir:7-9)

IKUTI DENGAN PERBAIKAN DAN AMAL SHALIH

Orang yang bertobat hendaknya mengiringi tobatnya itu dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam kehidupannya. Kesungguhannya dalam bertobat dia tunjukkan dengan berusaha semaksimal kemampuannya untuk meninggalkan dosa dan maksiat yang selama ini dilakukannya, serta mengadakan berbagai perbaikan dan meningkatkan amal shalih dalam kehidupannya.

Perhatikanlah firman Allah Subhaanahu wa Ta’Ala,

“Maka barangsiapa yang bertobat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Al-Maidah:39)

“Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.Al-An’am:54)

“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat setelah itu, dan memperbaiki (dirinya). Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS.An-Nahl:119)

Jika seseorang menyatakan diri bertobat, namun ia masih terus-menerus mengulangi perbuatan dosa/maksiatnya, maka sesungguhnya dia belum bertobat dengan sebenar-benarnya.

MOHON AMPUN SETELAH SHOLAT

Dari Ali Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

“Tidaklah seseorang melakukan perbuatan dosa lal dia bangun dan bersuci, kemudian mengerjakan shalat, dan setelah itu memohon ampunan kepada Allah, melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya.” (Riwayat Tirmidzi)

Berikut ini beberapa doa mohon ampunan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’Ala yang dapat dibaca setelah shalat:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِ نْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَا الْخَاسرِ يْنَ

Artinya : “Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”(QS.Al-A’raf:23)

أَللَّهمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِئ ظُلْمًا كَثِيْرًا

وَلاَ يَغْفِرُالذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَا غْفِرْلِئ مَغْفِِرَۃً مِنْ عِنْدِ كَ

وَارْحَمْنِئ إِنَّكَ أَنْتَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

Artinya:”Ya Allah, sesungguhnya aku banyak menganiaya diriku dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosaku kecuali Engkau. Oleh karena itu ampunilah dosa-dosaku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan berikan rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang“(Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Selain itu kita juga disunnahkan untuk memperbanyak istigfar. Bukankah Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa sallam saja, yang sudah dijamin surga dan diampuni dosanya, masih selalu beristigfar tak kurang dari 70 kali dalam sehari? Maka selayaknya kita sebagai hamba biasa, bukan nabi atau rasul, juga selalu beristigfar dalam setiap kesempatan.

Akhirnya, di bulan yang penuh berkah ini, marilah kita sambut seruan Allah,

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa…; dan juga otang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri (segera) mengingat Allah, lalu mohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lahi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.“(QS. Ali-Imran:133,135 dan 136)

Semoga Allah menerima tobat kita, memudahkan kita dalam melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta membukakan pintu surga-Nya bagi kita semua. Aamiin….

Islam adalah Kerinduanku

Hidayah tidak selalu datang pada hati yang telah “siap”. Tidak jarang seorang yang telah tertarik dengan Islam, akan berusaha menjalankan segala yang diperintahkan oleh agama Islam. Namun, aku merupakan kasus lain, aku benar-benar ikhlas menerima Islam sebagai tuntunan hidup setelah kira-kira tujuh tahun.

Setelah bermimpi berada di masjid dan mengenakan mukena serta didoakan oleh seorang ustadz, saat i’tikaf untuk pertama kali dalam hidupku, aku semakin mantap untuk membaca dua kalimat syahadat, sebagai wujud keseriusan aku memilih Islam sebagai tuntunan hidup dan secara ikhlas bersumpah berusaha kuat menjalankan segala perintah-Nya. Di dalam keluarga, aku adalah anak pertama adari tiga bersaudara. Dari pihak ibu, Eyang putri dan Eyang kakung berasal dari Solo dan Sedayu. Sedangkan dari pihak Ayah, nenek adalah asli orang Makassar tepatnya Tanah Toraja. Eyang buyut dari pihak nenek, adalah salah satu pemangku adat dan pendeta di daerahnya.

Dulu aku adalah penganut Katholik yang taat. Aku menempuh pendidikan formal mulai TK-SMU di sekolah swasta yang notabene milik yayasan Katholik. Saya mengenyam pendidikan formal di TK Santo Yoseph, SMP Katholik Puteri (sekarang ganti nama menjadi SMP Katholik Santa Maria, dan SMUK Santo Augustinus).

Awal ketertarikanku dengan Islam hanya kerena dua kata – mesti inti dari semua ketertarikanku pada Islam adalah karena aku sendiri tidak memahami adanya “Doktrin Trinitas” dalam keyakinan lama yang aku anut – yaitu Iri dan Logis.

Di sini aku tegaskan, aku memaparkan penjelasan ini untuk mendiskreditkan ajaran-agama lain. Dalam hal ini aku berbicara karena kapasitasku hanyalah muallaf yang benar-benar tertarik pada Islam karena akhirnya saya benar-benar memilih Islam sebagai tuntunan hidupku.

Aku Iri dengan Islam

Pertama, dalam agamaku yang dulu dikenal dengan adanya dosa turunan. Dalam keyakinanku yang lama, setiap bayi yang dilahirkan ke bumi telah membawa dosa , hal tersebut dikarenakan dulu manusia petama, Nabi Adam, telah berbuat dosa yang mengakibatkannya diusir dari surga oleh Tuhan dan dosa itu ikut ditanggung oleh anak keturunannya sampai sekarang. Dulu timbul pertanyaan dalam diriku “Tidak adil sekali, orang nggak ikut berbuat dosa masa menanggung akibatnya? Bukankah Tuhan itu Maha Adil??.

Kedua, ada semacam statement “Jika masuk Islam maka akan mendapat pahala”. Waktu itu aku berpikir, “Wah asyik sekali, begitu masuk Islam aku mendapat pahala, mau sekali!”.

Ketika, ketika saya melihat acara ‘Ied di televisi, aku merasakan suatu yang -dalam bahasaku menakjubkan- berbeda. Waktu aku menganut keyakinan Katholik, aku belum pernah merasakan ketika bersembahyang aku menitikkan air mata. Pertanyaanku, mengapa mereka bisa meneteskan air mata seperti itu? Apa karena dosa-dosa mereka? Atau karena rindu bertemu Tuhannya? Atau hal lain? Untuk yang pertama, aku yakin semua manusia tidak pernah luput dari dosa. Tapi dulu aku merasa telah melaksanakan ajaran agama Katholik yang disebut dengan 10 Perintah Allah. Aku rajin ke Gereja, selalu patuh pada orang tua dan saudara-sudaraku yang lebih tua, rajin datang ke sekolah minggu, rajin ikut kegiatan sosial, rajin pergi ke Panti Wreda (Panji Jompo milik Yayasan Katholik, milik Yayasan Santo Yoseph, tempat dimana aku mengenyam pendidikan TK-SD). Jadi, waktu itu tidak ada alasan yang membuatku untuk menangis hanya karena dosa, karena aku merasa tidak pernah melakukan apa-apa yang dilarang oleh Tuhan. Jika karena alasan yang kedua, rindu apada Tuhannya. Bagaimana aku bisa menangis, aku saja belum tahu pasti siapa Tuhanku. Apakah Tuhanku itu Allah Bapa? atau Yesus? atau Roh Kudus? Aku memang benar-benar belum tahu pasti siapa Tuhanku.

Islam adalah Logis

Pertama, menurut pendapatku, Islam adalah satu-satunya agama yang secara jelas memberikan konsep ketuhanan. Setelah mengenal Islam, aku semakin tahu siapa tuhanku. Kedua, aku dulu memang belum pernah melihat seperti apa kitab suci teman saya yang beragama Hindu dan Budha tapi saya membandingkan kitab suci keyakinan saya dulu dengan kitab suci umat Islam, Al-Qur’an.

“Mengapa kitab suci umat Islam dimanapun berada, dari dulu sampai sekarang tetap menggunakan Bahsa Arab, beda sekali dengan punyaku, jangankan lain negara, untuk satu kota saja sudah berbeda bahasa, bukankah hal tersebut justru rawan untuk diselewengkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab?”.

Saat berproses dalam bangku kuliah, saya menemukan teman-teman yang menyenangkan. Di hadapan mereka, aku mengaku beragama Islam (padahal dalam kenyataan saya memang belum bisa memutuskan apakah aku tetap menganut keyakinanku yang lama atau pindah ke Islam). Saat mengikuti kajian tentang keislaman atau mengaji bersama aku terpaksa memakai jilbab hanya karena merasa sungkan, malu, karena mereka semua memakai jilbab.

Saat mulai kuliah, aku memutuskan untuk tidak pernah kembali pada keyakinan saya yang lama, dan akan mengikuti tata cara peribadatan yang dilakukan oleh umat Islam. Semua ini aku lakukan hanya karena aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang tidak beragama. Aku shalat bukan karena Allah ta’ala, tapi karena manusia, Aku melaksanakan shalat hanya sekadar aktifitas yang memang diwajibkan, kalau mood shalat kalau tidak mood ya tidak.

Setelah menyelesaikan kuliah, aku mengikuti kursus Bahasa Inggris di salah satu daerah di kotaku. Setiap kursusan yang ada mewajibkan setiap muslimah untuk memakai jilbab, dan inilah yang membuatku berat, “Waduh.. pakai jilbab nih, mana mungkin!!”, inilah yang terlintas dalam benakku. Akhirnya aku terpaksa memakai jilbab daripada nggak boleh ikut kursus. Aku memakai jilbab hanya waktu kursus, ketika beraktifitas di luar kursus aku lepas jilbabku.

Hidayah Allah Ta’ala mulai menyentuh diriku setelah aku selesai mengikuti kursus Bahsa Inggris di kotaku. Saat itu tanggal 13 September 2006, pukul 12.15 WIB aku dihubungi seseorang yang mengatakan bahwa aku diterima sebagai guru Bahasa Inggris di salah satu English Course, senang sekali aku saat itu. Malam harinya aku berdoa dan tidak lupa bersyukur atas karunia-Nya. Saat tidur aku bermimpi aku brada dalam masjid, mengenakan mukena, dan dihadapanku ada (mungkin) imam masjid engan pakaian putih yang sedang mendoakan saya. Ketika bangun di pagi harinya aku terkejut, jujur seumur hidup aku baru bermimpi masjid dan mengenakan mukena. Aku baru teringat bahwa dua bulan yang lalu pernah membaca buku masalah i’tikaf. Aku mencoba menganalisa mimpiku,

“Oh mungkin mimpi saya waktu itu artinya aku sedang beri’tikaf, tapi kok ada seorang imam masjid yang mendo’akanku?”

Akhirnya, aku putuskan untuk menolak lamaran sebagai guru Bahasa Inggris tersebut – saat itu aku berpikir, jika aku terima tawarkan tersebut, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ku pasti tidak bisa pergi ke Surabaya untuk i’tikaf bersama saudaraku. Memang, saat itu hatiku sudah mantap untuk i’tikaf, kerinduanku untuk segera berada dalam masjid seolah-olah begitu membuncah.

Akhirnya, hari yang aku tunggu datang juga. Aku bersama Saudara i’tikaf di Masjid daerah Gayungsari. Saya merasakan kenikmatan yang luar biasa, aku merasa dekat dengan Rabbku. Tepat di malam ke 27 aku bermimpi lagi seperti mimpi saya pada tanggal 13 September kemaren.

Setelah kejadian tersebut hati aku merasa mantap untuk mengucap dua kalimat syahadat dengan penuh keikhlasan, aku bersumpah akan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan berjalannya waktu, aku mencoba menghubungi teman, dan mengutarakan niatku. Aku sangat senang ternyata temanku mau membantuku dan mencarikan kau seorang ustadz. Tetap tanggal 17 Desember 2006 pukul 07.15 bertempat di Masjid Baiturrahman, Kediri, seorang imam masjid, ustadz, dan hakim Pengadilan Agama di kotaku, Ustadz Abdurrahman membimbingku untuk membaca dua kalimat Syahadat dan mendoakan saya yang diamini oleh puluhan jama’ah yang berada dalam masjid tersebut.

Aku tidak bisa menahan air mataku yang terus meleleh , aku tidak peduli dengan keadaanku saat itu. Aku merasa sangat bersyukur atas karunia-Nya, ternyata aku bisa menahan hatiku untuk kembali pada keyakinanku dan mantap untuk mengucap dua kalimat syahadat di hadapan ustadz dan puluhan jama’ah sebagai wujud keseriusanku menerima Islam sebagai tuntunan hidupku. Sampai tulisan ini aku buat, ibu dan adikku masih menganut Katholik, namun aku tidak berhenti berdoa agar mereka mendapatkan hidayah sepertiku. (ESI).

Ditulis ulang dari majalah Elfata, edisi 11 Volume 07 tahun 2007, Kolom: Kisah Kamu.