Kamis, 29 Oktober 2009

Cegah Kanker dengan Jilbab?

Saat ini, jilbab bukan lagi fenomena kelompok sosial tertentu, tetapi sudah menjadi fenomena seluruh lapisan masyarakat. Tidak sedikit jumlah artis, eksekutif, dan publik figur lainnya menggemari dan menggunakannya.

Beruntunglah Anda yang sudah mengenakan jilbab (veil), kerudung bagi wanita muslim ini tak hanya menunjukkan kerendahan hati dan kesopanan, tetapi juga melindungi Anda dari penyakit mematikan.

Jilbab yang dikenal dengan beberapa istilah, seperti chador (Iran), pardeh (India dan Pakistan), milayat (Libya), abaya (Irak), charshaf (Turki), hijab (Mesir), Sudan, dan Yaman), dapat memperkecil risiko pemakainya terkena kanker tenggorokan dan hidung. Alasannya, jilbab mampu menyaring sejumlah virus yang suka mampir ke saluran pernapasan bagian atas.

Profesor Kamal Malaker asal Kanada, menyatakan wanita Arab Saudi - yang sebagian besar menutup wajahnya secara penuh - jarang sekali terserang virus epstein barr, yang menyebabkan kanker nasofaring. Bisa dikatakan jumlah penderita kanker jenis ini sangat rendah.

“Jilbab melindungi wanita dari infeksi saluran pernapasan bagian atas, ” tulis Saudi Gazette, Jum’at (19/3), mengutip pernyataan Malaker, “Di Arab Saudi, jumlah wanita penderita kanker nasofaring sangat rendah dibandingkan laki-laki,” lanjut Malaker.

“Kenyataan ini sungguh menarik, bagaimana pakaian adat yang begitu sederhana memiliki pengaruh begitu besar pada kehidupan manusia,” ujar Malaker, kepala bidang onkologi radiasi Rumah Sakit King Abdul Azis.

Kanker nasofaring merupakan kanker yang paling banyak diderita masyakarakat untuk jenis kanker Telinga Hidung Tenggorokan (THT) Kepala Leher (KL).

Tingginya angka penderita kanker nasofaring terutama akibat keberadaan virus epstein barr yang hampir ada pada 90 persen masyarakat di negara berkembang. Jika virus tersebut ’terbangun’, maka dapat terjadi mutasi sel yang berujung pada kanker nasofaring.

Nasofaring merupakan saluran yang terletak di belakang hidung, tepatnya di atas rongga mulut. Gejala awal dari kanker nasofaring tersebut antara lain gejala pada telinga yang ditandai dengan dengingan terus-menerus pada telinga.

Di samping itu, sering disertai gejala pada hidung seperti pilek berkepanjangan yang disertai dengan darah, suara parau yang berkepanjangan, sering mimisan dan nyeri saat menelan.

Kanker nasofaring merupakan penyakit kanker keempat yang paling banyak menyerang penderita kanker di Indonesia. (imam/wpfind online)

Miyabi dan ”Kekerasan” Akhlaakul Kariimah

oleh Abdul Mutaqin

Saya ketinggalan berita perihal sosok Maria Ozawa. Ternyata, gadis Jepang yang populer dipanggil Miyabi itu adalah mantan bintang film porno. Beberapa hari terakhir, Miyabi bukan saja dikenal sebagai bintang film, tetapi seru dibicarakan, dinilai, didukung dan ditolak di Indonesia menyusul rencana kedatangannya. Tentu karena lebel ”porno”nya ia ditolak.

Siapapun bisa mengambil jalan seperti yang ditapaki Miyabi. Apalagi kabarnya, menjadi bintang film seperti yang dilakoninya cepat membuat orang jadi kaya, sekaya Miyabi yang sanggup membayar apartemen mewahnya di Tokyo seharga enam belas juta rupiah perbulan, asalkan ia tega membuang iman dan sisi kemanusiaannya yang paling dasar. Biarlah Miyabi dengan jalan hidupnya dan terserahlah siapapun memilih jalan seperti hidupnya. Tetapi bagi seorang muslim, fenomena aktivitas label filmnya itu adalah bagai sebuah ancaman kekerasan atas akhlakul kariimah.

Kekerasan tidaklah sepenuhnya menyangkut fisik yang terwakili oleh luka, darah dan kematian. Tetapi juga dapat menyentuh ranah psikis dan keyakinan. Apapun aktivitas yang dapat merusak sendi-sendi akhlak, iman, muru’ah atau kehormatan serta hilangnya budaya malu harus pula dipahami sebagai tindakan kekerasan. Sebab dampaknya tidak kalah hebat dari sekedar kekerasan secara fisik. Karenanya wajar, apabila orang-orang yang masih punya i’tikad atas keselamatan generasi rabbani menolaknya, tanpa melihat semata-mata sisi bisnis dan keuntungan materi. Sebab rusaknya moral remaja karena budaya pornografi sudah bukan sekedar asumsi, tetapi telah menjadi fakta empiris.

Namun kenyataannya, orang yang berusaha teguh atas keyakinan dan masih menyimpan banyak energi rasa malu terhadap masalah ini, sering dianggap munafik dan sok suci. Dianggap munafik karena mereka dinilai menyalahi kodrat bahwa dirinya juga diam-diam menyukai segala hal yang berbau aktivitas porno dan keindahan tubuh telanjang wanita. Hanya karena dia malu maka ia menolaknya, menjadi alasan mereka dicap munafik. Jadi mereka yang malu menonton film porno atau melihat gambar porno adalah munafik. Begitu kira-kira logika para penuduh.

Padahal siapa sebenarnya yang munafik justru adalah mereka yang setia kepada nafsu dan mengabaikan hati nurani serta rasa malunya. Orang yang setia kepada rasa malu, adalah cermin dari keimanannya. Lalu, apa logis orang yang setia kepada iman dicap sebagai munafik?

Saya pernah membaca sebuah artikel yang menggelitik, saya lupa di mana membacanya, menurut yang saya pahami menggambarkan bahwa setiap wanita pada dasarnya tetap menyimpan rasa malu sebagai kodratnya. Kalaupun suatu waktu ia bertingkah di luar kodratnya, sesungguhnya ia tengah menabrak hati nuraninya sendiri walaupun di belakang hari baru disadarinya.

Dengan bahasa saya, begini lebih kurang cerita tersebut :

Seorang lelaki duduk di ruang tunggu sebuah apotek untuk menebus obat. Beberapa saat kemudian masuk seorang wanita dengan pakaian ketat dan setengah terbuka bagian (maaf) dada dan pahanya. Si lelaki merasa risih bersebelahan duduk di ruang tunggu itu. Namun entah karena apa, laki-laki tersebut berujar:

”Mba, tarifnya berapa?”

Mendengar ucapan laki-laki tersebut, spontan wanita itu menjawab dengan nada tinggi.

”Hei, kalo ngomong yang sopan ya. Jangan asal bicara. Saya bukan pelacur. Saya wanita baik-baik!”. Nampak sekali bahwa ia tersinggung.

”Loh, yang bilang Mba pelacur siapa? Saya juga tidak menuduh Mba wanita tidak baik-baik? Saya hanya bertanya tarifnya berapa. Sebab cara berpakaian dan berdandan Mba ini seperti itu”. Laki-laki ini meladeni dengan logikanya sendiri. Orang di samping kiri kanan mulai memperhatikan mereka.

”Hei, dengar ya!”, kata wanita itu semakin tinggi. ”Tubuh, tubuh saya. Pakaian, pakaian saya. Terserah saya mau memakai pakaian yang bagaimana suka-suka saya. Mau setengah terbuka, mau ketat terserah saya. Dasar mata Anda saja yang jelalatan. Pikiran anda saja yang kotor!”. Wanita itu puas berlogika kata. Nampaknya ia merasa menang dengan argumennya. Dengan wajah ketus Ia terus menatap laki-laki di sebelah yang sudah membuatnya berang.

Rupanya lelaki yang dihadapinya itu bukanlah orang yang bermental kerupuk. Dia tetap santai meladeni mulut wanita itu.

”Mata, mata saya. Pikiran, pikiran saya. Saya bebas mau melihat apa saja. Saya juga bebas memikirkan apa saja. Anda saja yang kegeeran”. Rupanya jawaban laki-laki itu semakin membuatnya marah. Spontan dia berdiri.

”Tidak sopan!. Saya bisa menuntut Anda atas perlakuan tidak menyenangkan. Saya bisa menyeret Anda ke polisi”, katanya dengan nada tegas.

”Silahkan. Saya juga bisa menuntut dan melaporkan Anda ke polisi atas perlakuan tidak menyenangkan. Anda datang ke sini telah mengganggu ketenangan ”adik” saya. Tujuan Anda datang ke sini mau menebus obat atau membangunkan ”adik” saya?”.

Tanpa tengok kiri-kanan wanita tersebut keluar meninggalkan apotek tanpa memperdulikan resepnya. Entah apa yang ada di benaknya. Laki-laki tersebut pun bergegas setelah mendapatkan obatnya. Dan entah apa pula maksud di balik aksinya tadi.

***

Banyak pendapat dari anak bangsa ini gigih membela kebebasan berekspresi. Tapi hampir-hampir dengan logika tanpa hati nurani. Sengaja atau tidak, nilai-nilai rendah seperti pornografi dikemas dengan argumentasi seni. Manusia yang risih dengan keterbukaan aurat dianggap orang yang ”bebal” seni dan tidak paham estetika. Dituduh berotak ngeres dan tidak pernah jauh dari berfikir tentang seks. Sementara wanita-wanita berjilbab dianggap mengancam pluralitas bangsa dan Pancasila. Mereka dicurigai sebagai agen Arabisasi publik dan Talibanisme. Lucunya, diantara pengeritik itu ada yang namanya ”Muhammad” yang merupakan idiom dari bahasa Arab. Lah, piye iki? Sebaiknya sebelum ngomong ganti nama dulu, ”Memet” kek, atau ”Puji” atau apalah yang khas budaya Indonesia. Bagi seorang muslim yang taat, kata Muhammad bukan sekedar nama dan sebutan tapi juga lambang keluhuran budi pekerti dan akhlak mulia. Sampai ada seorang tokoh yang amat berang dan mengatakan :

”Tidak pantas orang itu menyandang nama ”Muhammad”.

Sebagai sebuah bangsa besar, kita tidak tengah mengalami musibah fisik tetapi juga ruhani kita porak-poranda. Bencana banjir, longsor, gempa dan kekerasan terorisme membuat lelah, mengalirkan air mata, darah dan tebusan nyawa. Namun tidak semua menjadikannya sebagai ibrah dan bahan renungan supaya kita menjadi lebih hati-hati dan santun di hadapan Tuhan. Di antara hal itu adalah sikap naif di tengah air mata duka gempa Padang. Rencana mengundang Miyabi dengan harga miliaran, adalah contoh kecil dari ketidakpekaan pihak tertentu atas duka bangsa kita. Seolah menantang keluhuran akhlakul kariimah dengan mempromosikan mantan bintang porno di tengah himpitan duka yang menjepit.

Namun sekali lagi, orang memang diberi kebebasan untuk memilih jalan sendiri. Tapi juga harus diingat, jalan yang kita pilih juga menyangkut nasib orang lain.

Kita diberi bentuk tubuh yang indah bukan untuk eksploitasi seni atau apapun namanya. Kita tidak bisa seenaknya menyatakan sebagai milik sendiri serta bebas mau diapakan terserah kita. Hanya seonggok daging hilanglah kemuliaannya tanpa hati dan akal budi. Apalagi tangan, kaki, penglihatan dan pendengaran bukan semata-mata instrumen hidup gratis yang diberikan Tuhan. Apakah kita tidak peduli dengan datangnya suatu hari di mana mulut dikunci, tangan berbicara dan kaki memberikan kesaksian? Lalu hati, penglihatan dan pendengaran dimintakan pertanggungjawabannya? Bisakah kita mengelak dari Tuhan?
Dari Abdullah bin Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai orang-orang bersetubuh di jalan-jalan seperti layaknya keledai.” Aku (Ibnu ‘Umar) berkata, “Apa betul ini terjadi?”. Beliau lantas menjawab, “Iya, ini sungguh akan terjadi”.

Tegaknya suatu bangsa, karena tegaknya akhlak pemudanya. Hancurnya peradaban suatu bangsa, karena rusaknya akhlak pemudanya. Allahu a’lam.

Istri yang Sholihah

Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah

Istri Shalihah, Keutamaan dan Sifat-Sifatnya

Apa yang sering diangankan oleh kebanyakan laki-laki tentang wanita yang bakal menjadi pendamping hidupnya? Cantik, kaya, punya kedudukan, karir bagus, dan baik pada suami. Inilah keinginan yang banyak muncul. Sebuah keinginan yang lebih tepat disebut angan-angan, karena jarang ada wanita yang memiliki sifat demikian. Kebanyakan laki-laki lebih memperhatikan penampilan dzahir, sementara unsur akhlak dari wanita tersebut kurang diperhatikan. Padahal akhlak dari pasangan hidupnya itulah yang akan banyak berpengaruh terhadap kebahagiaan rumah tangganya.

Seorang muslim yang shalih, ketika membangun mahligai rumah tangga maka yang menjadi dambaan dan cita-citanya adalah agar kehidupan rumah tangganya kelak berjalan dengan baik, dipenuhi mawaddah wa rahmah, sarat dengan kebahagiaan, adanya saling ta‘awun (tolong menolong), saling memahami dan saling mengerti. Dia juga mendamba memiliki istri yang pandai memposisikan diri untuk menjadi naungan ketenangan bagi suami dan tempat beristirahat dari ruwetnya kehidupan di luar. Ia berharap dari rumah tangga itu kelak akan lahir anak turunannya yang shalih yang menjadi qurratu a‘yun (penyejuk mata) baginya.
Demikian harapan demi harapan dirajutnya sambil meminta kepada Ar-Rabbul A‘la (Allah Yang Maha Tinggi) agar dimudahkan segala urusannya.
Namun tentunya apa yang menjadi dambaan seorang muslim ini tidak akan terwujud dengan baik terkecuali bila wanita yang dipilihnya untuk menemani hidupnya adalah wanita shalihah. Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman hidup yang sebenarnya dalam suka maupun lara, yang akan membantu dan mendorong suaminya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hanya dalam diri wanita shalihah tertanam aqidah tauhid, akhlak yang mulia dan budi pekerti yang luhur. Dia akan berupaya ta‘awun dengan suaminya untuk menjadikan rumah tangganya bangunan yang kuat lagi kokoh guna menyiapkan generasi Islam yang diridhai Ar-Rahman.
Sebaliknya, bila yang dipilih sebagai pendamping hidup adalah wanita yang tidak terdidik dalam agama1 dan tidak berpegang dengan agama, maka dia akan menjadi duri dalam daging dan musuh dalam selimut bagi sang suami. Akibatnya rumah tangga selalu sarat dengan keruwetan, keributan, dan perselisihan. Istri seperti inilah yang sering dikeluhkan oleh para suami, sampai-sampai ada di antara mereka yang berkata: “Aku telah berbuat baik kepadanya dan memenuhi semua haknya namun ia selalu menyakitiku.”
Duhai kiranya wanita itu tahu betapa besar hak suaminya, duhai kiranya dia tahu akibat yang akan diperoleh dengan menyakiti dan melukai hati suaminya….! Namun dari mana pengetahuan dan kesadaran itu akan didapatkan bila dia jauh dari pengajaran dan bimbingan agamanya yang haq? Wallahu Al-Musta‘an.

Keutamaan wanita shalihah
Abdullah bin Amr radhiallahu 'anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu:

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya3, bila diperintah4 akan mentaatinya5, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
Berkata Al-Qadhi ‘Iyyadh rahimahullah: “Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dengan menganjurkan mereka kepada apa yang lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang shalihah yang cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu. Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dapat meminta bantuannya dalam keperluan-keperluanmu, ia mentaati perintahmu dan bila engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/mengasuh anak-anakmu.” (‘Aunul Ma‘bud, 5/57)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah pula bersabda:

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشّقَاءِ: الْجَارُ السّوءُ، وَاَلْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَركَبُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ.

“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Ketika Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَاناً ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الآخِرَةِ

“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)
Cukuplah kemuliaan dan keutamaan bagi wanita shalihah dengan anjuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bagi lelaki yang ingin menikah untuk mengutamakannya dari yang selainnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأََرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)
Empat hal tersebut merupakan faktor penyebabdipersuntingnya seorang wanita dan ini merupakan pengabaran berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu perintah untuk mengumpulkan perkara-perkara tersebut, demikian kata Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah. Namun dzahir hadits ini menunjukkan boleh menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara tersebut, akan tetapi memilih wanita karena agamanya lebih utama. (Fathul Bari, 9/164)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “(فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ), maknanya: yang sepatutnya bagi seorang yang beragama dan memiliki muruah (adab) untuk menjadikan agama sebagai petunjuk pandangannya dalam segala sesuatu terlebih lagi dalam suatu perkara yang akan tinggal lama bersamanya (istri). Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendapatkan seorang wanita yang memiliki agama di mana hal ini merupakan puncak keinginannya.” (Fathul Bari, 9/164)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini ada anjuran untuk berteman/ bersahabat dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka (teman yang baik tersebut), berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari mendapatkan kerusakan mereka.” (Syarah Shahih Muslim, 10/52)

Sifat-sifat Istri Shalihah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (An-Nisa: 34)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma‘ruf6 lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata: “Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: “Wanita shalihah adalah yang taat,” yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapi permasalahan dengan istri-istrinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan kepada Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam:

عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تآئِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سآئِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا

“Jika sampai Nabi menceraikan kalian,7 mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat, ‘abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis.” (At-Tahrim: 5)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang shalihah yaitu:
a. Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala), tunduk kepada perintah Allah ta‘ala dan perintah Rasul-Nya.
b. Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala
c. Qanitat: wanita-wanita yang taat
d. Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka.
e. ‘Abidat: wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur’an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma).
f. Saihat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)
Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai berikut:
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.
2. Tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah.
4. Selalu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.
5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.
6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.
Sifat istri shalihah lainnya bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya:
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى

“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)
2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
3. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu 'anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

فَلاَ تَفْعَلُوا، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ

“Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)
4. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
5. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta‘ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ

“Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)
7. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar‘i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَتَأْبَى عَلَيْهِ إِلاَّ كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)

إِذَا بَاتَتِ الْمَرْأَةُ مُهَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تَرْجِعَ

“Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya).” (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436)
Demikian yang dapat kami sebutkan dari keutamaan dan sifat-sifat istri shalihah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi taufik kepada kita agar dapat menjadi wanita yang shalihah, amin.

1 Atau ia belajar agama namun tidak mengamalkannya
2 Tempat untuk bersenang-senang (Syarah Sunan An-Nasai oleh Al-Imam As-Sindi rahimahullah, 6/69)
3 Karena keindahan dan kecantikannya secara dzahir atau karena bagusnya akhlaknya secara batin atau karena dia senantiasa menyibukkan dirinya untuk taat dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (Ta‘liq Sunan Ibnu Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kitabun Nikah, bab Afdhalun Nisa, 1/596, ‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
4 Dengan perkara syar‘i atau perkara biasa (‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
5 Mengerjakan apa yang diperintahkan dan melayaninya (‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
6 Bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq.
7 Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Mengetahui bahwasanya Nabi-Nya tidak akan menceraikan istri-istrinya (ummahatul mukminin), akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan kepada ummahatul mukminin tentang kekuasaan-Nya, bila sampai Nabi menceraikan mereka, Dia akan menggantikan untuk beliau istri-istri yang lebih baik daripada mereka dalam rangka menakuti-nakuti mereka. Ini merupakan pengabaran tentang qudrah Allah , bukanSubhanahu wa Ta'ala dan ancaman untuk menakut-nakuti istri-istri Nabi berarti ada orang yang lebih baik daripada shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126) dan bukan berarti istri-istri beliau tidak baik bahkan mereka adalah sebaik-baik wanita. Al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Permasalahan ini dibawa kepada pendapat yang mengatakan bahwa penggantian istri dalam ayat ini merupakan janji dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, seandainya beliau menceraikan mereka di dunia Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menikahkan beliau di akhirat dengan wanita-wanita yang lebih baik daripada mereka.” (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/127)

Beruntunglah Dia (Muslimah)

Selama wanita itu sangat mengenal Rabb-nya maka adalah dia sangat
takut apabila melakukan suatu perbuatan Dosa atau Maksiat, dia bertobat
kembali kepada Rabb-nya. Takut dari dosa yang mencelakakan, meninggalkan kelezatan hidupnya pada jalan menemui Rabb-nya, Allah Subhanahu Wata’ala meridhoinya, mengampuni dosanya, serta menutup aibnya, sesungguhnya Allah gembira dengan tobat hamba-Nya tatkala mereka kembali kepada-Nya.

Dalam Sohihain disebutkan bahwa seorang wanita Sahabat telah menikah
di Madinah. Pada suatu hari Setan membisikkan dan menipunya dengan seorang Laki-laki, lalu mereka berdua-duaan atau bersunyi-sunyi dari pandangan manusia dan adalah setan la’natullah menjadi yang ketiganya. Senantiasa menghiasi keduanya bagi temannya sehingga jatuhlah kedalam perbuatan zina.

Disaat mereka telah selesai dari kejahatan itu setan la’natullah meninggalkan
keduanya, lalu wanita itu menangis dan menyadarinya, hidupnya terasa sempit, dosa mengahantui sehingga membakar hatinya. Kemudian wanita itu datang menemui Dokter Hati - Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam, ia berdiri dihadapannya lalu menjerit karena panas yang dia rasakan kemudian berkata: “Wahai Rasulullah ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam...aku telah berbuat zina, sucikanlah aku (minta agar dijatuhkan hukuman Rajam)”.

Maka Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam berpaling darinya. Lalu wanita itu datang dari jarak yang lain dan berkata: “Wahai Rasulullah...aku telah berzina, sucikanlah aku”. Maka Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam berpaling darinya, mudah-mudahan ia kembali lalu bertobat kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Kemudian ia pergi dari hadapan Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam dan dosa terus menggerogoti hatinya. Dia tidak sanggup untuk bersabar. Keesokan hari disaat Rasulullah ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam duduk dimajelisnya, tiba-tiba wanita itu menemui beliau dan berkata: “Ya Rasulullah...sucikanlah aku”. Rasulullah berpaling darinya, lalu wanita itu menjerit karena rasa panas dihatinya. Ia berkata: “Wahai Rasulullah...semoga engkau ingin menghukumku sebagaimana engkau telah menghukum Maa’iz. Demi Allah...aku telah hamil dari perbuatan zina”.
Maka Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam menoleh kepadanya dan berkata:

“Adapun sekarang tidak, pulanglah sehingga engkau melahirkan”.
Lalu wanita itu keluar dari mesjid pulang kerumah dengan menarik dosanya. Sungguh besar perhatiannya, badannya lemah dan matanya menangis.
Ia pergi menghitung jam dan hari, kesedihan melahirkan kesedihan. Tatkala
waktu telah berlalu 9 bulan, ia terus merasa kesakitan sampai melahirkan. Disaat telah melahirkan, dia tidak menunggu nifasnya bahkan berdiri dari kasur membawa anaknya pada sobekan kainnya. Kemudian dia pergi menemui Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam dan meletakkan anaknya dihadapan Beliau lalu berkata: “Ini anak yang telah aku lahirkan wahai Rasulullah, maka sucikanlah aku”. Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam memandang kepadanya, adalah wanita itu sedang letih-letihnya dan sakit. Beliau memandang kepada anaknya, dia adalah seorang bayi pada tempat tidurnya yang sedang menempel diantara tangan ibunya. Kemudian Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam berkata:
“Pulanglah, lalu susuilah dia sehingga engkau menyapihnya”
Lalu wanita itu pulang dan tidak nampak selama 2 tahun lamanya. Ia hidup
bersama kesenangan hatinya, tumbuh dalam pengasuhannya. Ia cuci wajah
anaknya dengan air matanya dan menenangkan dengan pandangannya. Disaat ia telah menyapihnya dari susuan, ia lipat pakaian kemudian keluar dari rumah bersama anaknya dan memberikan remukan roti pada tangan anaknya.

Kemudian ia datang menemui Rasulullah ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam
bersama anaknya, sehingga ia berdiri dihadapan Rasul ShollAllahu ‘Alaihi
Wasallam dan berkata: “Ini anakku wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, dia telah bisa makan makanan, maka sekarang sucikanlah aku”. Lalu Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam memberikan anak itu kepada seorang laki-laki dari umat Islam. Kemudian Beliau memerintahkan wanita itu, lalu menguburnya sampai dada dan memerintahkan manusia untuk melemparnya dengan Batu (Rajam) sampai Meninggal. Iya, dia telah tiada. Namun ia dimandikan dan dikafani.
Rasulullah berdiri untuk mensholatkannya dan bersabda:
“Sungguh telah diterima satu tobat, jikalau bertobat 70 orang Madinah maka
sungguh diterima tobat diantara mereka, apakah engkau mendapati yang lebih utama dari pada kesungguhan diri wanita ini?”.

Dia telah meninggal, dirinya bersungguh-sungguh pada jalan Allah
Subhanahu Wata’ala, maka beruntunglah dia. Terjatuh dalam perbuatan zina dan merobek penutup dia dengan Rabb-nya. Malaikat yang Mulia menyaksikannya dan Malaikat yang paling Mengetahui juga muncul. Namun tatkala kelezatannya telah hilang dan tinggallah kesedihannya, ia ingat pada suatu hari yang akan disaksikan terhadap anggota tubuhnya yang dia dulu bersenang-senang dengan perbuatan Zina. Kakinya yang berjalan kepada perbuatan zina, tangannya yang melakukan sentuhan, lidahnya yang telah berzina bahkan disaksikan terhadapnya setiap bagian yang terkecil dan setiap rambut dari rambutnya. Ia ingat akan panasnya Api Neraka dan siksaan Ar-Rahmaan. Yang pada suatu hari kelak wanita pezina digantungkan dengan tumit mereka didalam Neraka, mereka dipukul dengan cambuk besi.

Apabila diantara mereka minta tolong dari pukulan, malaikat memanggilnya: “Mana suara ini yang dulu engkau tertawa, bergembira, bercanda, tidak merasa diawasi oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan tidak pula merasa malu dari-Nya”.

Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada manusia di dalam
khutbahnya:
“Wahai Umat Muhammad! Demi Allah…sesungguhnya tidak ada yang lebih
cemburu selain dari pada Allah Subhanahu Wata’ala, bahwa hamba atau umat-Nya berzina. Wahai umat Muhammad! Demi Allah… jikalau engkau mengetahui apa yang aku ketahui, sungguh engkau semua akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. (Shohihain).

Maka tobat wanita itu telah diterima, jikalau dibagi diantara umat-Nya,
sungguh akan mencukupinya.

Ketegaran Wanita-wanita Muslimah
Judul asli: Innaha Malikah (( إنها ملكة
oleh DR. Muhammad bin Abdurrahman Al-Arify
Penerbit Maktabah Al-Tafsir Mesir
1425 hijriyyah / 2004

Wahai Permata yang Tersembunyi

Mutiara yang dipelihara, aku bisikkan kedalam telingamu, aku mengharapkan dapat sampai kedalam hatimu sebelum ketelingamu. Janganlah engkau tertipu dengan banyaknya wanita yang melakukan Maksiat, janganlah engkau tertipu dengan banyaknya wanita yang menganggap enteng Hijab, yang melakukan cumbu-rayu dengan para pemuda atau tergantung hatinya dengan kerinduan yang menggebu-gebu dan cinta yang membara dan melakukan perbuatan yang Haram. Perhatian mereka hanya teater dan film-film saja, mereka hidup tanpa aturan. Kami terus terang, pada zaman ini yang telah banyak terjadi fitnah dan bermacam-macam ujian, banyak mata yang terkena fitnah, banyak telinga yang terkena fitnah, yang lain menganggap enteng perbuatan keji (seperti zina dan lain-lain) dan yang keempat, mereka diajak kepada harta yang haram sehingga keadan kita menjadi semakin dekat dari zaman yang dikatakan Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam:
“Sesungguhnya setelahmu ada hari-hari kesabaran, sabar pada waktu itu seperti menggenggam Bara Api, pahala bagi orang yang beramal pada waktu itu 50 diantaramu, yang beramal seperti amalnya”. Mereka bertanya: “Wahai
Rasulullah, apakah diantara mereka?” Rasulullah menjawab: “Bukan, tapi
diantaramu”. (Hasan riwayat. at-Tirmidzy, al-Haakim dan selainnya)

Hanya saja pahala orang yang beramal Sholeh pada Akhir zaman dibesarkan karena hampir tidak diperoleh kebaikan yang membantunya, maka dia menjadi Asing diantara orang yang berbuat Maksiat. Iya, Asing diantara
mereka. Orang-orang mendengar nyanyian namun dia tidak mendengarnya,
manusia memandang kepada sesuatu yang diharamkan namun dia tidak
memandangnya, bahkan mereka jatuh dalam perbuatan Sihir dan Syirik namun dia tetap Istiqomah diatas Tauhid.
Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Islam itu datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana
awalnya, maka beruntunglah bagi orang-orang yang diasingkan”. (riwayat. Imam Muslim).

Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:
“Sesungguhnya tidak datang kepadamu suatu zaman melainkan yang setelahnya lebih buruk dari sebelumnya, sehingga kamu menemui Rabb-mu (meninggal)”. (riwayat. Imam al-Bukhory).

Bersabda Rasul ShollAllahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits qudsi:
“Allah ‘Azza Wajalla berkata: “Demi kemuliaan-Ku! Aku tidak akan
menggabungkan dua Rasa Takut kepada hamba-Ku dan tidak pula
menggabungkan dua Rasa Aman baginya. Apabila Aku memberinya Rasa Aman didunia, maka Aku beri dia Rasa Takut dihari kiamat dan apabila Aku
memberinya Rasa Takut Didunia, maka Aku beri dia Rasa Aman di hari Kiamat”. (Hasan riwayat. Al-Bazzaar).

Iya, siapa yang takut didunia karena mengagungkan kebesaran Allah
Subhanahu Wata’ala, ia akan merasa Aman dihari Kiamat, gembira dengan
pertemuan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Ia termasuk penghuni Jannah
yang Allah Subhanahu Wata’ala katakan tentang mereka: mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya menanya, Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab). Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari Azab Neraka”. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang-28. (Surat: Ath-Thuur ayat 25-28).

Adapun siapa yang menerima atas kemaksiatan, tujuannya hanya syahwat
perut dan kemaluan dan dia merasa aman dari Azab Allah Subhanahu Wata’ala, maka dia pasti merasa ketakutan dan keterkejutan dihari Kiamat kelak. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
“Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan Amal Sholeh (berada) di dalam Taman-taman Jannah, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Rabb mereka. Yang demikian itu adalah Karunia yang Besar”. (Surat: Asy-Syuura 22).

Maka bertawakallah kamu kepada Allah Subhanahu Wata’ala, sesungguhnya engkau berada diatas kebenaran yang nyata, janganlah engkau tertipu dengan banyaknya para wanita yang berjatuhan (menyimpang atau
berbuat maksiat) dan jangan pula melemahkanmu dengan sedikitnya orang-orang yang Istiqomah.

Aku mohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar Dia memeliharamu
dengan penjagaan-Nya, menolongmu dengan kekuasaan-Nya dan menjadikan engkau termasuk dari wanita-wanita yang beriman, bertaqwa, yang berdakwah dan beramal sholeh.

Dan kelak kamu sekalian akan tinggal sebagai Saudara bagi kami, sehingga
sekalipun tidak menghiraukan atau memperkenankan, sungguh kami akan tetap menasehatimu, kami mencintai kebaikan untukmu dan kelak kami doakan engkau kepada Allah Subhanahu Wata’ala sepanjang malam dan siang hari. Selama-lamanya Kami tidak akan pernah bosan dari menasehati dan menjagamu. Serta kami mengharapkan semoga Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan pernah menyia-nyiakan usaha keras Kami bersamamu, tidak ada Taufiq kepada kita melainkan dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Ketegaran Wanita-wanita Muslimah
Judul asli: Innaha Malikah (( إنها ملكة
oleh DR. Muhammad bin Abdurrahman Al-Arify
Penerbit Maktabah Al-Tafsir Mesir
1425 hijriyyah / 2004

Tangisan wanita yang tobat

Ibnu Qudamah menceritakan di dalam bukunya “At-Tawwabiin”: Adalah
suatu kaum yang Fasiq memerintahkan seorang wanita yang cantik untuk
menggoda Robii’ bin Khutsaim agar terpedaya, mereka akan memberikan kepada wanita itu uang 1000 Dirham jika dia mau melakukannya. Maka wanita itu memakai pakaian yang paling indah yang dia miliki dan memakai parfum yang paling wangi yang dia miliki, kemudian ketika Robii’ keluar dari masjidnya, wanita itu menggodanya. Lalu Robii’ memandangnya, maka wanita itu mulai beraksi.

Wanita itu menghadap kepadanya dalam keadaan terbuka, lalu Robii’ berkata
kepadanya: “Bagaimana jikalau turun demam dibadanmu, maka berubahlah apa yang ku lihat dari warna kulit dan kecantikanmu? Atau bagaimana jikalau
Malaikat Maut turun kepadamu lalu ia mencabut nyawamu? Atau bagaimana
apabila Munkar dan Nakir menanyaimu?”. Maka wanita itu berteriak dengan satuteriakan dan menangis. Kemudian pulang kerumahnya dan beribadah sampai ia meninggal.

Telah disebutkan oleh Al ‘Ajuli dalam buku sejarahnya: bahwa adalah
seorang wanita cantik di Mekkah yang telah menikah. Pada suatu hari wanita itu melihat wajahnya dicermin, lalu berkata kepada suaminya: “Apakah menurutmu ada seseorang yang apabila melihat wajah ini dia tidak terpedaya?” Suaminya berkata: “Iya”. Istrinya bertanya: “Siapa?” Suaminya berkata: ‘Ubaid bin Umair, seorang ahli ibadah yang zuhud di Tanah Suci (Al-Haram)”. Istrinya berkata:
“Bagaimana menurutmu jika aku menggodanya dan membuka wajahku
kepadanya?” Suaminya berkata: “Engkau aku izinkan”. Maka wanita itu datang menemui ‘Ubaid seperti wanita yang minta fatwa. Maka mereka menyendiri di sudut Mesjid Al-Haram, lalu wanita itu membuka wajahnya yang seperti belahan Rembulan dan memperlihatkan kepada ‘Ubaid. Dan terjadilah percakapan diantara mereka:
‘Ubaid : “Wahai hamba Allah, tutuplah wajahmu, takutlah kamu kepada
Allah Subhanahu Wata’ala”.
Wanita : “Sesungguhnya aku menggodamu”.
‘Ubaid : “Aku ingin bertanya kepadamu tentang sesuatu hal, maka jika
engkau jujur, kuperhatikan pada urusanmu”.
Wanita : Engkau tidaklah bertanya kepadaku tentang sesuatu hal melainkan aku jujur kepadamu.
‘Ubaid : “Ceritakanlah kepadaku seandainya Malaikat Maut datang untuk
mencabut nyawamu, apakah engkau mudah untuk melakukan keinginanmu ini?”
Wanita : “Ya Allah…tidak”.
‘Ubaid : “Jikalau engkau masuk kedalam Kubur, lalu engkau duduk untuk
ditanya, apakah mudah bagimu melakukan keinginanmu ini?”
Wanita : “Ya Allah...tidak”.
‘Ubaid : “Jikalau manusia diberikan Catatan Amal kepada mereka. Dan engkau
tidaklah mengetahui apakah engkau akan mengambil Catatan Amalmu
dari kanan atau kiri, apakah mudah bagimu untuk melakukan
keinginanmu ini?”
Wanita : “Ya Allah…tidak”.
‘Ubaid : “Jikalau engkau ingin lewat diatas Jembatan (Shirath) dan engkau tidak tahu apakah berhasil atau tidak, apakah mudah bagimu untuk melakukan keinginanmu ini?”
Wanita : “Ya Allah…tidak”.
‘Ubaid : “Jikalau datang kepadamu Timbangan-timbangan dan engkau tidak tahu apakah timbanganmu itu ringan atau berat, apakah mudah bagimu untuk melakukan keinginanmu ini?”
Wanita : “Ya Allah…tidak”.
‘Ubaid : “Jikalau engkau berdiri dihadapan Allah Subhanahu Wata’ala untuk
ditanya, apakah mudah bagimu melakukan keinginanmu ini?”
Wanita : “Ya Allah…tidak”.
‘Ubaid : “Maka takutlah kamu kepada Allah Subhanahu Wata’ala wahai hamba
Allah, sungguh Allah telah memberimu nikmat dan berbuat baik kepadamu”.
Kemudian wanita itu kembali menemui suaminya lalu ditanya: “Apa yang
telah engkau lakukan?”. Istrinya menjawab: “Engkau salah dan kita adalah
orang-orang yang salah, manusia sibuk beribadah dan mempersiapkan diri untuk Akhirat, sedangkan engkau seperti ini”. Lalu istrinya mengerjakan Shalat, Puasadan Beribadah terus sampai dia meninggal.

Ketegaran Wanita-Wanita Muslimah
DR. Muhammad bin AbdurrahmanAl-Arify

Tanpa Jilbab bahkan bertabarruj

Oleh: Imam Asy-Syahid Dr. Abdullah Azzam -RohimahuLLohu Ta'ala-

Alhamdulillah, Shalawat dan Salam atas Rasulullah Shallallaahu `Alaihi Wasallam, ‘amma ba’du:

Risalah ringkas ini ditujukan kepada Ukhti Muslimah, berkenaan dengan masalah Hijab dan masalah membiarkan wajah tanpa hijab. Tidak tersembunyi bagi siapapun bahwa di banyak negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, masih banyak kalangan wanita yang bertabarruj (berhias di luar kemestian), dan tiadanya komitmen mereka terhadap hijab. Tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan satu kemunkaran yang besar, yang merupakan sumber datangnya malapetaka dan bencana.

Dalam risalah ringkas ini, terdapat penjelasan mengenai wajibnya hijab, keutamaan dan syarat-syaratnya. Di dalamnya pula terhadap peringatan bagi orang-orang yang bertabarruj dan hukumannya, kita memohon kesejahteraan kepada Allah, mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi saudari-saudari kita kaum Muslimah, sesungguhnya Dia Maha berkuasa dan Maha menentukan.' Hijab adalah Ibadah, bukan adat 'Saudari muslimah: sesungguhnya para penyeru kepada kesesatan dan berbuat kerusakan senantiasa berusaha secara terus terusan untuk mengoyak kewajiban hijab dan menyangka bahwa Hijab ialah penyebab keterbelakangan wanita, hijab pula membatasi dan memperkosa kebebasan wanita. Lalu para penyeru itu memotivasi kaum Muslimah untuk menanggalkan hijab mereka, untuk kemudian bertabarruj dan memamerkan wajah, mereka berusaha untuk meniadakan syariat hijab, mereka menyebut usaha ini sebagai pembebasan dan kemajuan bagi wanita. Mereka pada hakikatnya tidak menghendaki kebaikan terhadap diri wanita Muslimah sebagaimana yang mereka nyatakan.

Dengan klaim seperti itu, sebenarnya mereka tidak menghendaki selain kehancuran harga diri dan kehidupan wanita. Maka berwaspadalah wahai saudari Muslimah. Jadilah kalian sebagai orang-orang yang mulia dengan dien (agama) kalian, dengan tetap teguh mengenakan hijab-hijab kalian. Kuatkanlah keyakinan kalian bahwa Hijab adalah merupakan syariat Islam. Dan diatas itu semua, bahwa mengenakan hijab adalah merupakan Ibadah kepada Allah, dalam menta'ati Allah dan Rasul-Nya Shallallaahu 'Alaihi Wa-Sallam. Hijab bukanlah merupakan adat kebiasaan, ketika suka dikenakan, ketika tidak suka ditanggalkan. Hijab adalah harga diri dan kemuliaan. 'Saudari Muslimah, sesungguhnya Allah Ta'ala, ketika memerintah kalian mengenakan hijab, tidak lain sesungguhnya Allah berkehendak untuk menjaga kesucian kalian. Menjaga tubuh kalian dan seluruh anggota badan kalian, agar tidak ada orang yang menyakiti kalian dengan perbuatan yang tak senonoh dan ucapan-ucapan murahan.

Dengan hijab pula Allah hendak meninggikan kalian. Maka hijab adalah kehormatan dan kemuliaan bagi kalian, bukan merupakan pengungkungan terhadap kalian. Ini merupakan sesuatu yang indah dan kesempurnaan bagi kalian. Dan ianya merupakan bukti yang nyata akan iman kalian, sekaligus menjadi ukuran sejauh mana adab dan akhlak kalian. Dan ini pula merupakan pembeda antara kalian dengan orang-orang yang telah hilang harga diri dan kehormatannya. 'Maka janganlah sekali-kali kalian menyepelekan masalah ini apalagi mengingkari kewajiban berhijab. Karena sesungguhnya -demi Allah- tidaklah seorang wanita menganggap sepele masalah hijab atau mengingkarinya, kecuali pastilah ia terancam oleh kemurkaan Allah dan siksa-Nya. Dan tidaklah seorang muslimah menjaga hijabnya kecuali bertambahlah keridhaan dan kedekatan Allah kepadanya, bertambah pulalah kehormatannya.

Syarat-syarat Hijab Syar'I 'Sesungguhnya Hijab syar'I bagi wanita Muslimah wajib tebal dan tidak nipis, tidak boleh hijab itu bercorak warna-warni yang mencolok mata. Hijab pula tidak boleh sempit (ketat). Tidak boleh pula berhijab disertai parfum dan menawan, karena Nabi Shallallaahu 'alaihi wa-sallam mengharamkan wanita yang mengenakan parfum dan keluar menuju satu tempat yang didalamnya terdapat ajnabi (lelaki yang bukan mahram). Baginda Rasulullah Shallalaahu 'Alaihi Wa-Sallam bersabda: "Siapa dari kalangan wanita yang mengenakan wewangian lantas ia melalui suatu kaum sehingga kaum itu mencium wanginya, maka si wanita itu adalah (dianggap) penzina". Hijab Muslimah tidak boleh pula menyerupai pakaian lelaki. Diwajibkan pula hijab ini menutupi seluruh anggota badan, termasuk wajah, dimana sesetengah wanita menganggapnya sebagai perkara sepele, sehingga membiarkan wajahnya terbuka, dengan alasan bahwa wajah bukanlah aurat. Sungguh ini satu hal yang aneh, bagaimana mungkin wajah tidak dianggap sebagai aurat, padahal wajahlah sumber fitnah terbesar dalam diri wanita, pada wajahlah terdapat kecantikan dan terhimpun keindahannya, kalaulah lelaki tidak terfitnah oleh kecantikan wajah wanita, lalu dengan apa dia terfitnah?! 'Sungguh terdapat banyak nash (dalil) dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menunjukkan kewajiban wanita untuk menutupi seluruh anggota badannya, karena wanita itu, seluruh tubuhnya adalah aurat, tidak dibenarkan lelaki yang bukan mahram melihat sesuatu apapun dari dirinya. Diantara dalilnya ialah: "Hendaklah mereka (wanita) menghulurkan khimar (kain labuh) ke atas leher-leher mereka" (An-Nuur:31).

Berkenaan dengan ayat ini Rasulullah s.a.w bersabda: "Ketika ayat ini turun, wanita-wanita Anshar menjadikan kain-kain tirai (gordin) mereka dan memotong-motongnya menjadi khimar (penutup tubuh)" yaitu : “menutupi wajah-wajah mereka" Dalam hadits lain, yang telah disepakati kesahihannya, berkenaan dengan kisah Aisyah Radhiyallaahu `Anha, dalam satu peristiwa yang terkenal dengan sebutan "Hadiitsul Ifki" (Gosip dusta), ketika beliau tertidur di tempatnya, kemudian datanglah Shafwan Ibnul Mu'thal kepadanya dan beliau ummul mu'minin berkata: "Lalu aku berkhimar"

Oleh sebab itu, menjadi kewajiban bagi seluruh wanita Muslimah, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, terhadap dirinya. Dan hendaklah ia tetap iltizam dengan hijabnya dengan keiltizaman (komitmen) yang optimal. Jangan menyepelekan satu hal pun dari masalah ini, misalnya membiarkan telapak tangan dan tangannya terbuka, atau mengenakan kain yang dari celah-celahnya terlihat sebagian besar wajahnya, atau pula menutupi seluruh wajahnya tetapi dengan kain tipis, sehingga nampaklah apa yang dibalik penutup wajahnya itu, kemudian ia menyangka bahwa dirinya telah berhijab dengan sempurna. Lalu dia menyangka bahwa bagian dari anggota badannya tidak berpengaruh apa-apa dan tidak menimbulkan fitnah, atau dia menganggap bahwa hal itu bukanlah merupakan tabarruj yang tercela. Maka merupakan kewajiban baginya untuk berusaha keras menjauhi perkara-perkara yang mempengaruhi komitmennya terhadap hijab, atau perkara-perkara lain yang merusakkan sifat malunya. Demi menghindari keburukan orang-orang fasiq sebagaimana kebiasaan mereka terhadap wanita yang secara fisik tidak menampakkan kemuliaan akhlak mereka.

Agar dirinya tidak terperangkap ke dalam kemurkaan Allah dan siksa-Nya, sebagai terdapat keterangan mengenai hal tersebut, yang datang daripada Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa-Sallam, baginda bersabda: "Dua golongan dari ahli neraka yang aku tidak peduli kepada keduanya" disebutkan diantaranya : " Dan wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang melenceng meninggalkan kebenaran, kepalanya seperti punuk unta, dia telah tersesat, dan tidak akan memasuki jannah dan tidak akan mencium bau jannah (syurga), padahal wanginya jannah ini tercium dari perjalanan sejauh sekian dan sekian " (HR.Muslim).

Para ahli ilmu berkata: Maksud dari kalimat: "Berpakaian tapi telanjang" ialah bahwa mereka mengenakan pakaian akan tetapi pakaian itu sempit(ketat) atau tidak menutupi seluruh bagian tubuhnya”.

Syaikh Shalih Utsaimin ditanya tentang sifat Hijab Syar`i, maka ia menjawab: Pendapat yang paling rajih (benar) ialah bahwa hendaklah wanita menghijabi seluruh bagian yang dapat menimbulkan fitnah terhadap kaum lelaki, maka wajib baginya untuk berhijab dari seluruh ajnabi (lelaki asing, bukan mahram), adapun terhadap orang-orang yang masih ada hubungan mahram maka tidak mengapa ia menampakkannya.

Tabarruj dan tanpa hijabadalah menyeru kepada Dosa dan kerusakan 'Sesungguhnya seorang wanita itu, jika ia bertabarruj dan membiarkan dirinya terbuka di hadapan kaum lelaki, pada hakikatnya ia telah jatuh harga dirinya, amat sedikit rasa malunya, di mata manusia harga dirinya sebenarnya telah jatuh. Ini menunjukkan kebodohannya dan kelemahan imannya, juga kurang kepribadiannya. Semua ini adalah awal kejatuhan harga dirinya. Bahkan akan tiba saatnya hal tersebut menjadikan harga dirinya lebih rendah daripada keharusannya sebagai insan, dimana -jika dia normal- manusia ini telah dimuliakan oleh Allah, Allah telah melindunginya dan membentenginya, namun akhirnya akan terjatuh dan hina dengan sebab-sebab diatas. Apalagi, sebenarnya Tabarruj dan tanpa hijab sebenarnya tidak menuju kepada kebebasan dan kemajuan, sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang-orang yang mengklaim sebagai beragama Islam, dan orang-orang yang telah sesat diri mereka. Perbuatan ini bertentangan sekali dengan Akhlaq dan Adab Islam. Tidak akan ada wanita yang sanggup melakukannya kecuali wanita-wanita yang masih jahil tentang hal ini, yang telah hilang rasa malu dan akhlaqnya. Karena sesungguhnya amat tidak terbayangkan jika ada seorang wanita yang terhormat dan memiliki harga diri membiarkan dirinya dan sumber-sumber fitnah yang ada pada dirinya diumbar kepada kehinaan dan kerendahan, kepada kaum lelaki di pasar-pasar dan di tempat-tempat lainnya, tanpa memiliki rasa malu dalam dirinya. 'Barangkali sebagian wanita meyakini bahwasanya jika ia keluar rumah dalam keadaan tabarruj (berhias) dan dirinya bebas terbuka tanpa hijab juga tempat-tempat yang mendatangkan fitnah dari dari dirinya terhadap orang-orang lain, hal itu akan menyebabkan dirinya dikagumi dan dihormati manusia. Sesungguhnya ini adalah prasangka yang salah sama sekali, karena sesungguhnya manusia tidak mungkin selamanya menghormati orang-orang yang berbuat seperti itu, bahkan sebenarnya mereka mencelanya dan memandang diri wanita itu dengan pandangan hina dan rendah. Dan wanita itu, dalam pandangan manusia dianggap sebagai wanita yang tidak punya harga diri dan akhlaq, lalu bagaimana mungkin seorang wanita yang berakal menghendaki hal ini terjadi pada dirinya? Apa yang memanggilnya kepada kehinaan dan menjatuhkan dirinya dalam keadaan seperti itu? Kemana akal dan rasa malunya hilang? 'Maka, wahai orang-orang yang memuliakan syetan dengan perbuatan Tabarruj dan tanpa hijab"

Takutlah kalian kepada Allah dan bertaubatlah kalian kepada Allah daripada perbuatan yang buruk tersebut, kenalilah apa bagianmu kelak, ingatlah tempat kembalimu kelak, ingatlah kedudukan kalian kelak di alam kubur, yang gelap dan mengerikan. Dan ingatlah keberadaan kalian di hadapan Allah kelak. Dan ingatlah dahsyatnya hari kiamat. Ingatlah hari perhitungan dan ditimbangnya amal. Ingatlah akan neraka jahannam dan apa-apa yang Allah sediakan di dalamnya, yaitu adab yang pedih bagi mereka yang berpaling dan menyalahi perintah-perintah Allah Subhaanahu Wa-Ta`ala. Ingatlah akan semua itu, sebelum kalian berbuat dosa. Dan demi Allah, sesungguhnya kalian adalah makhluk yang amat lemah dalam memikul siksa Allah kelak, atau menghadapi dahsyatnya hari kiamat yang akan kalian hadapi kelak, maka kasihanilah dirimu, jangan biarkan terjerumus dalam keadaan seperti itu, bersegeralah untuk bertaubat Nasuha (sebenar-benar Taubat) sebelum pintu taubat tertutup, sebelum tanah menimbun jasadmu, maka sesalilah hal itu dengan sebenar-benar penyesalan.

Kepada para Lelaki 'Sesungguhnya tidaklah wanita rusak, dan sampai kepada tingkat kerusakan seperti ini, yaitu Tabarruj dan tanpa hijab, dan memandang remeh urusan dien (agama) serta hijabnya kecuali karena sebagian lelaki memandang remeh terhadap urusan wanita mereka, dan bermasa bodoh terhadap dien mereka, dan hilangnya sifat mereka sebagai lelaki, hilang sifat cemburu dari diri mereka, bahkan tidak merasa hina dengan adanya perbuatan dosa ini yang dilakukan oleh wanita-wanita mereka. 'Aduhai, betapa hinanya, kalian lihat sebagian lelaki telah hilang sifat mereka sebagai lelaki, sehingga mereka pada akhirnya menjadi lelaki yang tambun (pemalas) bukan lelaki yang satria [maksudnya para lelaki tidak mau lagi menasehati wanita yang tabaruj dan tanpa hijab-ed].

Kemudian celakalah mereka yang tidak mengerti kehormatan diri-diri mereka, dan tidak menjaga orang-orang yang berada dalam tanggung jawab mereka, yang tidak melaksanakan dengan baik apa yang Allah telah perintahkan dalam menjaga kaum wanita, sedangkan Rasulullah Shalallaahu Alayhi Wa Sallam telah memberikan peringatan tentang hal ini, beliau bersabda: "Tidaklah seorang penanggung jawab yang Allah berinya tanggung jawab untuk mengurusi tanggungannya, kemudian orang yang menjadi tanggungannya itu meninggal, dalam keadaan si penanggung tidak mempedulikan keberadaan orang yang meninggal tadi, kecuali Allah akan haramkan baginya jannah (syurga) " 'Wahai kaum lelaki, sesungguhnya harga diri kalian itu adalah seperti nyawa kalian, sesungguhnya telah banyak orang yang rusak di antara kalian, mereka menyepelekan masalah tanggung jawab, melalaikan amanah. Kalian telah berada dalam keadaan bahaya, dan tidaklah kalian rusak kecuali oleh diri kalian sendiri sedangkan kalian tidak menyadari. Tidakkah kalian berfikir dan bertaubat kepada Rabb (Tuhan) kalian dan menjaga wanita-wanita kalian?

Al-faqir Wal-Haqiir Ilallaah : ‘Abdullah ‘Azzam

BAB BUSANA (Khusus Saudaraku kaum Muslimah)

1. LARANGAN UNTUK BER-TABARRUJ

Diriwayatkan dari Umaimah binti Ruqaiqah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membai’atnya di dalam Islam, lalu bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Aku bai’at engkau untuk tidak menyekutukan ALLAH dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak melakukan zina, tidak membunuh anakmu, tidak melakukan sebuah kebohongan besar yang engkau lakukan di hadapan kedua tangan dan kakimu, tidak melakukan niyahah (meratapi mayit) dan TIDAK BERTABARRUJ SEPERTI TABARRUJ (BERSOLEK)NYA KAUM JAHILIYYAH PERTAMA”
(Hadits Hasan riwayat Ahmad dalam Musnad-nya).

Kandungan hadits :
Tabarruj = Seorang wanita yang menampakkan perhiasan dan keindahannya, juga sesuatu yang wajib ditutupi dari segala hal yang mengundang syahwat pria.



2. LARANGAN UNTUK BERPAKAIAN KETAT, TIPIS DAN TRANSPARAN YANG MENAMPAKKAN KULIT

- Diriwayatkan dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
“ADA DUA GOLONGAN (yang) TERMASUK PENGHUNI NERAKA, SAYA BELUM MELIHAT MEREKA, YAITU KAUM LAKI-LAKIYANG MEMBAWA CAMBUK SEPERTI EKOR SAPI, MEREKA MENCAMBUKORANG-ORANG DENGANNYA DAN KAUM WANITA YANG BERPAKAIAN NAMUN TELANJANG, MENGGOYANG-GOYANGKAN PUNDAK MEREKA LAGI BERJALAN BERLENGGAK-LENGGOK DAN KEPALA MEREKA SEPERTI PUNUK UNTA YANG MIRING, MEREKA TIDAK AKAN MASUK SURGA DAN TIDAK AKAN MENCIUM BAUNYA, PADAHAL SESUNGGUHNYA BAU SURGA ITU TERCIUM DARI JARAK PERJALANAN SEKIAN DAN SEKIAN”
(Hadits Shohih riwayat Muslim dalam Shohih-nya)

- Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
“BAHWASANYA ASMA’ BINTI ABU BAKAR PERNAH MASUK MENEMUI RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM, SEDANGKAN IA MENGENAKAN PAKAIAN TIPIS, maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam berpaling darinya dan bersabda, ‘WAHAI ASMA’, SESUNGGUHNYA SEORANG PEREMPUAN ITU APABILA TELAH MENCAPAI USIA HAIDH (BALIGH) TIDAK BOLEH TERLIHAT DARINYA KECUALI INI DAN INI, BELIAU MENGISYARATKAN KEPADA WAJAH DAN MUKANYA”
(Hadits shohih lighoirihi riwayat Abu Dawud).

- Diriwayatkan oleh Umar radhiyallahu ‘anhu, secara marfu’, ia berkata,
“AMAL YANG PALING UTAMA ADALAH MEMBERIKAN KEBAHAGIAAN KEPADA ORANG MUKMIN, ENGKAU TUTUP AURATNYA DAN ENGKAU KENYANGKAN LAPARNYA, ATAU ENGKAU PENUHI SUATU KEBUTUHANNYA”
(Hadits Hasan riwayat ath-Thabrani)



3. ANCAMAN TERHADAP WANITA PENYAMBUNG RAMBUT DAN WANITA YANG DISAMBUNG RAMBUTNYA, WANITA PENGERIK ALIS MATA DAN WANITA YANG DIKERIK ALIS MATANYA, SERTA WANITA YANG MERENGGANGKAN GIGI-GIGINYA UNTUK KECANTIKAN

- Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
“ALLAH telah mengutuk para wanita pentato, dan para wanita yang minta ditato, para wanita yang minta dikerik alisnya dan para wanita yang merenggangkan gigi-giginya untuk kecantikan, yaitu wanita-wanita yang merubah ciptaan ALLAH.”
Maka seorang wanita berkata kepada Abdullah bin Mas’ud tentang mengapa Abdullah bin Mas’ud mengutuk wanita-wanita itu, maka Abdullah bin Mas’ud berkata, “BAGAIMANA AKU TIDAK MENGUTUK ORANG YANG TELAH DIKUTUK OLEH RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM SEDANG IA ADA DALAM KITABULLAH???
ALLAH TA’ALA berfirman :
“Dan apa saja yang disampaikan oleh Rasul kepada kalian, maka ambillah ia, dan apa saja yang dia melarang kalian darinya, maka tinggalkanlah.;” (Q.S Al- Hasyr:7)
(Hadits Shohih riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah)

- Diriwayatkan oleh Asma’ radhiyallahu ‘anha
“Bahwasanya ada seorang wanita bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, Ya Rasulullah sesungguhnya putriku terkena penyakit campak hingga rambutnya rontok dan aku akan menikahkannya , apakah boleh saya menyambung rambutnya?” Beliau menjawab, “ALLAH TELAH MELAKNAT WANITA PENYAMBUNG RAMBUT DAN YANG DISAMBUNGKAN RAMBUTNYA”.
(Hadits shohih riwayat Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)

- Diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “BAHWASANYA RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM TELAH MENGUTUK WANITA PENYAMBUNG RAMBUT DAN YANG MINTA DISAMBUNGKAN RAMBUTNYA, WANITA PENTATO DAN YANG MINTA DITATO.”
(Hadits shohih riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dn Ibnu Majah)



4. LARANGAN MEMAKAI WEWANGIAN YANG BANYAK

Diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy’ari, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“SETIAP MATA ADALAH PEZINA DAN SESUNGGUHNYA APABILA WANITA ITU MENGENAKAN WEWANGIAN KEMUDIAN DIA BERLALU MELEWATI MAJELIS (riwayat lain : orang banyak), MAKA DIA TERMASUK PEZINA”.
(Hadits Shohih riwayat Abu Dawud, at_tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah)

Kandungan hadits :
1. Hendaklah wanita memakai minyak wangi tidak secara berlebihan, yaitu cukup untuk menghilangkan bau badannya saja.
2. Tidak berniat agar wangi dari tubuhnya itu dicium/tercium oleh orang banyak, karena sifat seperti ini bagian dari sifat pezina. Wallahu a’lam.



Maraaji’ :

1. Kitaab Mausuu’ah al-Manaahisy Syar’iyyah fii shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah – Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali yg telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Ensiklopedi Larangan menurut Al Qur’an dan As-Sunnah oleh Pustaka Imam as-Syafi’i.
2. Kitaab Shahih at-Targhib wa at-Tarhib oleh Al Imam Albani (telah dicetak dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama oleh Pustaka Sahifa, jilid 4 Bab Pakaian dan Perhiasan).
3. Kitaab Kabairun – Nisa wa shaghairuhunna wa hawafatuhunna oleh Syaikh Ibrahim Muhammad al Jamal (telah dicetak dalam bahasa Indonesia dengan judul “Dosa-dosa wanita” oleh Pustaka Al-Kautsar).
4. Kitaab Jilbaabun Mar’atil Muslimah oleh Al Imam Albani (telah dicetak dalam bahasa Indonesia dengan judul “Jilbab Wanita Muslimah” oleh Media Hidayah).

Ketika Wanita Menggoda?

Allah ta’ala telah menganugerahkan kepada kaum wanita keindahan yang membuat kaum lelaki tertarik kepada mereka. Namun syariat yang suci ini tidak memperkenankan keindahan itu diobral seperti layaknya barang dagangan di etalase atau di emperan toko. Tapi kenyataan yang kita jumpai sekarang ini wanita justru menjadi sumber fitnah bagi laki-laki. Di jalan-jalan, di acara TV atau di VCD para wanita mengumbar aurat seenaknya bak kontes kecantikan yang melombakan keindahan tubuh, sehingga seolah-olah tidak ada siksa dan tidak kenal apa itu dosa. Benarlah sabda Rasulullah yang mulia dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, di mana beliau bersabda, “Tidak pernah kutinggalkan sepeninggalku godaan yang lebih besar bagi kaum lelaki daripada wanita.” (HR. Bukhari Muslim)

Ya, begitulah realitasnya, wanita menjadi sumber godaan yang telah banyak membuat lelaki bertekuk lutut dan terbenam dalam lumpur yang dibuat oleh syaitan untuk menenggelamkannya. Usaha-usaha untuk menggoda bisa secara halus, baik disadari maupun tidak, secara terang-terangan maupun berkedok seni. Tengoklah kisah Nabi Allah Yusuf ‘alaihis salam tatkala istri pembesar Mesir secara terang-terangan menggoda Beliau untuk diajak melakukan tindakan tidak pantas. Nabi Yusuf pun menolak dan berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukanku dengan baik.” (QS. Yusuf: 23)

Muhammad bin Ishaq menceritakan, As-Sirri pernah lewat di sebuah jalan di kota Mesir. Karena tahu dirinya menarik, wanita ini berkata, “Aku akan menggoda lelaki ini.” Maka wanita itu membuka wajahnya dan memperlihatkan dirinya di hadapan As-Sirri. Beliau lantas bertanya, “Ada apa denganmu?” Wanita itu berkata, “Maukah anda merasakan kasur yang empuk dan kehidupan yang nikmat?” Beliau malah kemudian melantunkan syair,”Berapa banyak pencandu kemaksiatan yang mereguk kenikmatan dari wanita-wanita itu, namun akhirnya ia mati meninggalkan mereka untuk merasakan siksa yang nyata. Mereka menikmati kemaksiatan yang hanya sesaat, untuk merasakan bekas-bekasnya yang tak kunjung sirna. Wahai kejahatan, sesungguhnya Allah melihat dan mendengar hamba-Nya, dengan kehendak Dia pulalah kemaksiatan itu tertutupi jua.” (Roudhotul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, karya Ibnul Qayyim)

Perhatikanlah bagaimana Rasulullah telah mewanti-wanti kepada kita sekalian lewat sabda beliau, “Hati-hatilah pada dunia dan hati-hatilah pada wanita karena fitnah pertama bagi Bani Isroil adalah karena wanita.” (HR. Muslim) Kini, di era globalisasi, ketika arus informasi begitu deras mengalir, godaan begitu gampang masuk ke rumah-rumah kita. Cukup dengan membuka surat kabar dan majalah, atau dengan mengklik tombol remote control, godaan pun hadir di tengah-tengah kita tanpa permisi, menampilkan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok memamerkan aurat yang semestinya dijaga.

Lalu, sebagian muslimah ikut-ikutan terbawa oleh propaganda gaya hidup seperti ini. Pakaian kehormatan dilepas, diganti dengan pakaian-pakaian ketat yang membentuk lekuk tubuh, tanpa merasa risih. Godaan pun semakin kencang menerpa, dan pergaulan bebas menjadi hal biasa. Maka, kita perlu merenungkan dua bait syair yang diucapkan oleh Sufyan Ats-Tsauri: “Kelezatan-kelezatan yang didapati seseorang dari yang haram, toh akan hilang juga, yang tinggal hanyalah aib dan kehinaan, segala kejahatan akan meninggalkan bekas-bekas buruk, sungguh tak ada kebaikan dalam kelezatan yang berakhir dengan siksaan dalam neraka.”

Seorang ulama yang masyhur, Ibnul Qayyim pun memberikan nasihat yang sangat berharga: “Allah Subhanahu wa ta’ala telah menjadikan mata itu sebagai cerminan hati. Apabila seorang hamba telah mampu meredam pandangan matanya, berarti hatinya telah mampu meredam gejolak syahwat dan ambisinya. Apabila matanya jelalatan, hatinya juga akan liar mengumbar syahwat…”

Wallahul Musta’an.

http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/ketika-wanita-menggoda.html

10 ALASAN WANITA TIDAK BERJILBAB

Bismillah,

Bila anda seorang muslimah dewasa dan masih belum menutup auratnya dengan hijab dan jilbab yang benar, maka ada baiknya merenungkan kembali alasan anda dengan menyimak dialog pemikiran dbawah ini.

ALASAN I : Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/kegunaan jilbab

Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini; Pertama, apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam? Dengan alami ia berkata, Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa ha Illallah! Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadan rasullullah! Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu ia yakin akan Islam beserta seluruh hukumnya. Kedua, kami menanyakan; Bukankah memakai jilbab termasuk hukum dalam Islam? Apabila saudari ini jujur dan dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan berkata; Ya, itu adalah sebagian dari hukum Islam yang tertera di Al-Quran suci dan merupakan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang suci. Jadi kesimpulannya disini, apabila saudari ini percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia tidak melaksanakan hukum dan perintahnya?

ALASAN II : Saya yakin akan pentingnya jilbab namun Ibu saya melarangnya, dan apabila saya melanggar ibu, saya akan masuk neraka.

Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla termulia, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam nasihatnya yang sangat bijaksana; “Tiada kepatuhan kepada suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR Ahmad). Sesungguhnya, status orangtua dalam Islam, menempati posisi yang sangat tinggi dan terhormat. Dalam sebuah ayat disebutkan; “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang Ibu Bapak . . “ (QS. An-Nisa:36). Kepatuhan terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, yaitu apabila berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman; “dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…(QS. Luqman : 15)

Berbuat tidak patuh terhadap orangtua dalam menjalani perintah AllahSubhanahu wa Ta’alatidak menyebabkan kita dapat berbuat seenaknya terhadap mereka. Kita tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah berfirman di ayat yang sama; “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun melanggar Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan kamu dan ibumu.

ALASAN III : Posisi dan lingkungan saya tidak membolehkan saya memakai jilbab.

Saudari ini mungkin satu diantara dua tipe: dia tulus dan jujur, atau sebaliknya, ia seorang yang membohongi dirinya sendiri dengan mengatasnamakan lingkungan pekerjaannya untuk tidak memakai jilbab. Kita akan memulai dengan menjawab tipe dia adalah wanita yang tulus dan jujur. “Apakah anda tidak tidak menyadari saudariku tersayang, bahwa wanita muslim tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi auratnya dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu dan tenagamu untuk melakukan dan mempelajari berbagai macam hal di dunia ini, bagaimana mungkin engkau dapat sedemikian cerobohnya untuk tidak mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan Allah dan kematianmu?” Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman; “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (QS An-Nahl : 43). Belajarlah untuk mengetahui hikmah menutup auratmu. Apabila kau harus keluar rumahmu, tutupilah auratmu dengan jilbab, carilah kesenangan Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada kesenangan syetan. Karena kejahatan dapat berawal dari pemandangan yang memabukkan dari seorang wanita.

Saudariku tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam menjalani sesuatu dan berusaha, kau akan menemukan ribuan tangan kebaikan siap membantumu, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membuat segala permasalahan mudah untukmu. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’alatelah berfirman; “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya..”(QS. AtTalaq :2-3). Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak bergantung pada kemewahan pakaian yang kita kenakan, warna yang mencolok, dan mengikuti trend yang sedang berlaku. Kehormatan dan kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan bergantung pada hukum Allah yang murni. Dengarkanlah kalimat Allah; “sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu..”(QS. Al-Hujurat:13).Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan mencari kesenangan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berikan harga yang sedikit pada benda-benda mahal yang dapat menjerumuskanmu.

ALASAN IV : Udara di daerah saya amatlah panas dan saya tidak dapat menahannya. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasinya apalagi jika saya memakai jilbab.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan perumpamaan dengan mengatakan; “api neraka jahannam itu lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka mengetahui..”(QS At-Taubah : 81). Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas di daerahmu dengan panas di neraka jahannam? Sesungguhnya saudariku, syetan telah mencoba membuat tali besar untuk menarikmu dari panasnya bumi ini kedalam panasnya suasana neraka. Bebaskan dirimu dari jeratannya dan cobalah untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah, bukan kesengsaraan. Apalagi mengingat bahwa intensitas hukuman dari Allah akan jauh lebih berat dari apa yang kau rasakan sekarang di dunia fana ini. Kembalilah pada hukum Allah dan berlindunglah dari hukuman-Nya, sebagaimana tercantum dalam ayat; “mereka tidak merasakan kesejukan didalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah” (QS. AN-NABA 78:24-25). Kesimpulannya, surga yang Allah janjikan, penuh dengan cobaan dan ujian. Sementara jalan menuju neraka penuh dengan kesenangan, nafsu dan kenikmatan.

ALASAN V : Saya takut, bila saya memakai jilbab sekarang, di lain hari saya akan melepasnya kembali, karena saya melihat banyak sekali orang yang begitu.

Kepada saudari itu saya berkata, “apabila semua orang mengaplikasikan logika anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan shalat lima waktu karena mereka takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu shalat itu. Mereka akan meninggalkan puasa di bulan ramadhan, karena mereka takut tidak dapat menunaikan satu hari ramadhan saja di bulan puasa, dan seterusnya. Tidakkah kamu melihat bagaimana syetan telah menjebakmu lagi dan memblokade petunju bagimu? Allah Subhanahu wa Ta’ala menyukai ketaatan yang berkesinambungan walaupun hanya suatu ketaatan yang sangat kecil atau dianjurkan. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang benar-benar diwajibkan sebagaimana kewajiban memakai jilbab? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda; “Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan mulia yang terus menerus, yang mungkin orang lain anggap kecil.” Mengapa kamu saudariku, tidak melihat alasan mereka yang dibuat-buat untuk menanggalkan kembali jilbab mereka dan menjauhi mereka? Mengapa tidak kau buka tabir kebenaran dan berpegang teguh padanya? Allah Subhanahu wa Ta’ala sesungguhnya telah berfirman; “maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. AL BAQARAH 2:66). Kesimpulannya, apabila kau memang teguh petunjuk dan merasakan manisnya keimanan, kau tidak akan meninggalkan sekali pun perintah Allah setelah kau melaksanakannya.

ALASAN VI : Apabila saya memakai jilbab, maka jodohku akan sulit, jadi aku akan memakainya nanti setelah menikah.

Saudariku, suami mana pun yang lebih menyukaimu tidak memakai jilbab dan membiarkan auratmu di depan umum, berarti dia tidak mengindahkan hukum dan perintah Allah dan bukanlah suami yang berharga sejak semula. Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi dan menjaga perintah Allah , dan jangan pernah berharap tipe suami seperti ini akan menolongmu menjauhi api neraka, apalagi memasuki surga Allah . Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan selalu menghadapi kepedihan dan kemalangan di dunia kini dan bahkan di akhirat nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala bersabda; “dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS. TAHA 20:124). Pernikahan adalah sebuah pertolongan dan keberkahan dari Allah kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Berapa banyak wanita yang ternyata menikah sementara mereka yang tidak memakai jilbab tidak?

Apabila kau, saudariku tersayang, mengatakan bahwa ketidak-tertutupanmu kini adalah suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, yaitu pernikahan. Tidak ada ketertutupan. Saudariku, suatu tujuan yang murni, tidak akan tercapai melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila tujuannya bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju kesana pastilah harus dicapai dengan bersih dan murni pula. Dalam syariat Islam kita menyebutnya : Alat atau jalan untuk mencapai sesuatu, tergantung dari peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut. Kesimpulannya, tidak ada keberkahan dari suatu perkawinan yang didasari oleh dosa dan kebodohan.

ALASAN VII : Saya tidak memakai jilbab berdasarkan perkataan Allah Subhanahu wa Ta’ala : “dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)” (QS.Ad-Dhuhaa 93: 11). Bagaimana mungkin saya menutupi anugerah Allah berupa kulit mulus dan rambutku yang indah?

Jadi saudari kita ini mengacu pada Kitab Allah selama itu mendukung kepentingannya dan pemahamannya sendiri ! ia meninggalkan tafsir sesungguhnya dibelakang ayat itu apabila hal itu tidak menyenangkannya. Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak mengikuti ayat : “janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya” (QS An-Nur 24: 31] dan sabda Allah Subhanahu wa Ta’ala: “katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya..” (QS Al-Ahzab 33:59). Dengan pernyataan darimu itu, saudariku, engkau telah membuat syariah sendiri bagi dirimu, yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah, yang disebut at-tabarruj dan as-sufoor. Berkah terbesar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi kita adalah iman dan hidayah, yang diantaranya adalah menggunakan hijab. Mengapa kamu tidak mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu ini? Kesimpulannya, apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita yang lebih besar daripada petunjuk dan hijab?

ALASAN VIII : Saya tahu bahwa jilbab adalah kewajiban, tapi saya akan memakainya bila saya sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk oleh-Nya.

Saya bertanya kepada saudariku ini, rencana atau langkah apa yang ia lakukan selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti yang dia katakan? Kita mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kalimat-kalimat bijak-Nya menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Itulah mengapa orang yang sakit menelan sebutir obat untuk menjadi sehat, dan sebagainya. Apakah saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan usahanya mencari petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya, berdoa, sebagaimana dalam surah Al-Fatihah 1:6 “Tunjukilah kami jalan yang lurus” serta berkumpul mencari pengetahuan kepada muslimah-muslimah lain yang lebih taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dengan menggunakan jilbab? Kesimpulannya, apabila saudariku ini benar-benar serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah , dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu.

ALASAN IX : Belum waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk memakainya. Saya pasti akan memakainya nanti seiring dengan penambahan umur dan setelah saya pergi haji.

Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan menunggu di pintumu kapan saja Allah berkehendak. Sayangnya, saudariku, kematian tidak mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia mungkin saja datang disaat kau masih dalam keadaan penuh dosa dan ketidaksiapan Allah Subhanahu wa Ta’ala bersabda; “tiap umat mepunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS Al-An’aam 7:34] saudariku tersayang, kau harus berlomba-lomba dalam kepatuhan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumu..”(QS Al-Hadid 57:21).

Saudariku, jangan melupakan Allah atau Ia akan melupakanmu di dunia ini dan selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi hak jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang yang munafik, “dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri”(QS Al-Hashr 59: 19) saudariku, memakai jilbab di usiamu yang muda, akan memudahkanmu. Karena Allah akan menanyakanmu akan waktu yang kau habiskan semasa mudamu, dan setiap waktu dalam hidupmu di hari pembalasan nanti.Kesimpulannya, berhentilah menetapkan kegiatanmu dimasa datang, karena tidak seorang pun yang dapat menjamin kehidupannya hingga esok hari.

ALASAN X : Saya takut, bila saya memakai jilbab, saya akan di-cap dan digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!

Saudariku, hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan dalam Kitabullah. Kelompok pertama adalah kelompok / tentara Allah (Hizbullah) yang diberikan pada mereka kemenangan, karena kepatuhan mereka. Dan kelompok kedua adalah kelompok syetan yang terkutuk (hizbush-shaitan) yang selalu melanggar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila kau, saudariku, memegang teguh perintah Allah, dan ternyata disekelilingmu adalah saudara-saudaramu yang memakai jilbab, kau tetap akan dimasukkan dalam kelompok Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun apabila kau memperindah nafsu dan egomu, kau akan mengendarai kendaraan Syetan, seburuk-buruknya teman.

Saudariku,

Jangan biarkan tubuhmu dipertontonkan di pasar para syetan dan merayu hati para pria. Model rambut, pakaian ketat yang mempertontonkan setiap detail tubuhmu, pakaian-pakaian pendek yang menunjukkan keindahan kakimu, dan semua yang dapat membangkitkan amarah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyenangkan syetan. Setiap waktumu yang kau habiskan dalam kondisi ini, akan terus semakin menjauhkanmu dari Allah dan semakin membawamu lebih dekat pada syetan. Setiap waktu kutukan dan kemarahan menuju kepadamu dari surga hingga kau bertaubat. Setiap hari membawamu semakin dekat kepada kematian. “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain dari kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali ‘Imran 3:185). Naikilah kereta untuk mengejar ketinggalan, saudariku, sebelum kereta itu melewati stasiunmu. Renungkan secara mendalam, saudariku, apa yang terjadi hari ini sebelum esok datang. Pikirkan tentang hal ini, saudariku, sekarang, sebelum semuanya terlambat !

Sumber oleh : Dr. Huwayda Ismaeel

Senin, 05 Oktober 2009

Kematian Hati

KH Rahmat Abdullah

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukanTuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama .Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningansenyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang. Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri. Asshiddiq Abu Bakar.r.a. Selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka”, ucapnya lirih. Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi.

Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebutnyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim malnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.

Dimana kau letakkan dirimu? Saat kecil, engkau begitu takut gelap,suara dan segala
yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa. Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma’siat menggodamu dan engkau meni’matinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia? Di luar sana rasa malu tak punya harga.

Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui
penawaran langsung. Ini potret negerimu: 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 respondenusia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir “Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya dicelah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh” Betapa jamaknya ‘dosa kecil’ itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat “TV Thaghut” menyiarkan segala “kesombongan jahiliyah dan maksiat?”Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan,karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan.”Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?” Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang “Ini tidak islami” berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru engkau akan dihadang tantangan : sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang mudadan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kaumiliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karenapara elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang “kiayi”nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan “Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku” dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?Siapa yang akan memandang ummat yang da’inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan “Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua?” Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai ‘alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh kelembah yang sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da’wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal.

Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa “westernnya”. Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau enggak minuman halal itu, dengan perasaan “lihatlah, betapa Amerikanya aku”. Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Bila Diri Sempit Hati

Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan kepada kita hati yang lapang, yang jernih, karena ternyata berat sekali menghadapi hidup dengan hati yang sempit.

Hati yang lapang dapat diibaratkan sebuah lapangan yang luas membentang, walaupun ada anjing, ada ular, ada kalajengking, dan ada aneka binatang buas lainnya, pastilah lapangan akan tetap luas. Aneka binatang buas yang ada malah makin nampak kecil dibandingkan dengan luasnya lapangan. Sebaliknya, hati yang sempit dapat diibaratkan ketika kita berada di sebuah kamar mandi yang sempit, baru berdua dengan tikus saja, pasti jadi masalah. Belum lagi jika dimasukkan anjing, singa, atau harimau yang sedang lapar, pastilah akan lebih bermasalah lagi.

Entah mengapa kita sering terjebak dalam pikiran yang membuat hari-hari kita menjadi hari-hari yang tidak nyaman, yang membuat pikiran kita menjadi keruh, penuh rencana-rencana buruk. Waktu demi waktu yang dilalui sering kali diwarnai kondisi hati yang mendidih, bergolak, penuh ketidaksukaan, terkadang kebencian, bahkan lagi dendam kesumat. Capek rasanya. Menjelang tidur, otak berpikir keras menyusun rencana bagaimana memuntahkan kebencian dan kedendaman yang ada di lubuk hatinya agar habis tandas terpuaskan kepada yang dibencinya. Hari-harinya adalah hari uring-uringan makan tak enak, tidur tak nyenyak dikarenakan seluruh konsentrasi dan energinya difokuskan untuk memuaskan rasa bencinya ini.

Ah, sahabat. Sungguh alangkah menderitanya orang-orang yang disiksa oleh kesempitan hati. Dia akan mudah sekali tersinggung, dan kalau sudah tersinggung seakan-akan tidak termaafkan, kecuali sudah terpuaskan dengan melihat orang yang menyinggungnya menderita, sengsara, atau tidak berdaya.
Seringkali kita dengar orang-orang yang dililit derita akibat rasa bencinya. Padahal ternyata yang dicontohkan para rosul, para nabi, para ulama yang ikhlas, orang-orang yang berjiwa besar, bukanlah mencontohkan mendendam, membenci atau busuk hati. Yang dicontohkan mereka justru pribadi-pribadi yang berdiri kokoh bagai tembok, tegar, sama sekali tidak terpancing oleh caci maki, cemooh, benci, dendam, dan perilaku-perilaku rendah lainnya. Sungguh, pribadinya bagai pohon yang akarnya menghunjam ke dalam tanah, begitu kokoh dan kuat, hingga diterpa badai dan diterjang topan sekalipun, tetap mantap tak bergeming.

Tapi orang-orang yang lemah, hanya dengan perkara-perkara remeh sekalipun, sudah panik, amarah membara, dan dendam kesumat. Walaupun non muslim, kita bisa mengambil pelajaran dari Abraham Lincoln (mantan Presiden Amerika). Dia bila memilih pejabat tidak pernah memusingkan kalau pejabat yang dipilihnya itu suka atau tidak pada dirinya, yang dia pikirkan adalah apakah pejabat itu bisa melaksanakan tugas dengan baik atau tidak. Beberapa orang kawan dan lawan politiknya tentu saja memanfaatkan moment ini untuk menghina, mencela, dan bahkan menjatuhkannya, tapi ia terus tidak bergeming bahkan berkata dengan arifnya, “Kita ini adalah anak-anak dari keadaan, walau kita berbuat kebaikan bagaimanapun juga, tetap saja akan ada orang yang mencela dan menghina. Karena pencelaan, penghinaan bukan selamanya karena kita ini tercela atau terhina. Pastilah dalam kehidupan ini ada saja manusia yang suka menghina dan mencela”.

Jadi, ia tidak pusing dengan hinaan dan celaan orang lain. Nabi Muhammad, SAW, manusia yang sempurna, tetap saja pernah dihina, dicela, dan dilecehkan. Bagaimana mungkin model kita ini, tidak ada yang menghina ? Padahal kita ini hina betulan.

Ingatlah bahwa hidup kita di dunia ini hanya satu kali, sebentar dan belum tentu panjang umur, amat rugi jikalau kita tidak bisa menjaga suasana hati ini. Camkanlah bahwa kekayaan yang paling mahal dalam mengarungi kehidupan ini adalah suasana hati kita ini. Walaupun rumah kita sempit, tapi kalau hati kita ‘plooong’ lapang akan terasa luas. Walaupun tubuh kita sakit, tapi kalau hati kita ceria, sehat, akan terasa enak. Walaupun badan kita lemes, tapi kalau hati kita tegar, akan terasa mantap. Walaupun mobil kita merek murahan, motor kita modelnya sederhana, tapi kalau hati kita indah, akan tetap terhormat. Walaupun kulit kita kehitam-hitaman, tapi kalau batinnya jelita, akan tetap mulia.

Sebaliknya, apa artinya rumah yang lapang kalau hatinya sempit?! Apa artinya Fried Chicken, Burger, Hoka-hoka Bento, dan segala makanan enak lainnya, kalau hati sedang membara ?! Apa artinya raungan ber-AC kalau hati mendidih ?! Apa artinya mobil BMW, kalau hatinya bangsat ?!
Lalu, bagaimana cara kita mengatasi perasaan-perasaan seperti ini ? Yang pertama harus kita kondisikan dalam hati ini adalah kita harus sangat siap untuk terkecewakan, karena hidup ini tidak akan selamanya sesuai dengan keinginan kita. Artinya, kita harus siap oleh situasi dan kondisi apapun, tidak boleh kita hanya siap dengan situasi yang enak saja. Kita harus sangat siap dengan situasi dan kondisi sesulit, sepahit dan setidak enak apapun. Seperti pepatah mengatakan, ’sedia payung sebelum hujan’. Artinya, hujan atau tidak hujan kita siap.

Hal kedua yang harus kita lakukan kalau toh ada orang yang mengecewakan kita, adalah dengan jangan terlalu ambil pusing, sebab kita akan jadi rugi oleh pikiran kita sendiri. Sudah lupakan saja. Yang membagikan rizki adalah ALLAH, yang mengangkat derajat adalah ALLAH, yang menghinakan juga ALLAH. Apa perlunya kita pusing dengan omongan orang, sampai ‘doer’ itu bibir menghina kita, sungguh tidak akan kurang permberian ALLAH kepada kita. Mati-matian ia menghina, yakinlah kita tidak akan hina dengan penghinaan orang. Kita itu hina karena kelakuan hina kita sendiri.

Nabi SAW, dihina, tapi toh tetap cemerlang bagai intan mutiara. Sedangkan yang menghinanya, Abu Jahal sengsara. Salman Rushdie ngumpet tidak bisa kemana-mana, Permadi, Arswendo Atmowiloto masuk penjara. Siapa yang menabur angin akan menuai badai. Dikisahkan ketika Nabi Isa as dihina, ia tetap senyum, tenang, dan mantap, tidak sedikitpun ia menjawab atau membalas dengan kata-kata kotor mengiris tajam seperti yang diucapkan si penghinanya. Ketika ditanya oleh sahabat-sahabatnya, “Ya Rabi (Guru), kenapa engkau tidak menjawab dengan kata-kata yang sama ketika engkau dihina, malah Baginda menjawab dengan kebaikan ?” Nabi Isa as, menjawab : “Karena setiap orang akan menafkahkan apa yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang kita nafkahkan adalah keburukan, kalau yang kita miliki kemuliaan, maka yang kita nafkahkan juga kata-kata yang mulia.”

Sungguh, seseorang itu akan menafkahkan apa-apa yang dimilikinya. Ketika Ahnaf bin Qais dimaki-maki seseorang menjelang masuk ke kampungnya, “Hai kamu bodoh, gila, kurang ajar!”, Ahnaf bin Qais malah menjawab, “Sudah ? Masih ada yang lain yang akan disampaikan ? Sebentar lagi saya masuk ke kampung Saya, kalau nanti di dengar oleh orang-orang sekampung, mungkin nanti mereka akan dan mengeroyokmu. Ayo, kalau masih ada yang disampaikan, sampaikanlah sekarang !”.

Dikisahkan pula di zaman sahabat, ada seseorang yang marah-marah kepada seorang sahabat nabi, “Silahkan kalau kamu ngomong lima patah kata, saya akan jawab dengan 10 patah kata. Kamu ngomong satu kalimat, saya akan ngomong sepuluh kalimat”. Lalu dijawab dengan mantap oleh sahabat ini, “Kalau engkau ngomong sepuluh kata, saya tidak akan ngomong satu patah kata pun”.

Oleh karena itu, jangan ambil pusing, janga dipikirin. Dale Carnegie, dalam sebuah bukunya mengisahkan tentang seekor beruang kutup yang ganas sekali, selalu main pukul, ada pohon kecil dicerabut, tumbang dan dihancurkan. Di tengah amukannya, tiba-tiba ada ada seekor binatang kecil yang lewat di depannya. Anehnya, tidak ia hantam, sehingga mungkin terlintas dalam benak si beruang ini, “Ah, apa perlunya menghantam yang kecil-kecil, yang tidak sebanding, yang tidak merugikan kepentingan kita”.

Percayalah, makin mudah kita tersinggung, apalagi hanya dengan hal-hal yang sepele, akan makin sengsara hidup ini. Padahal, mau apa hidup pakai sengsara, karena justru kita harus menjadikan orang-orang yang menyakiti kita sebagai ladang amal, karena kalau tidak ada yang menghina, menganiaya, atau menyakiti, kapan kita bisa memaafkan ?

Nah sahabat. Justru karena ada lawan, ada yang menghina, ada yang menyakiti kita bisa memaafkan. Kalau dia masih muda, anggap saja mungkin dia belum tahu bagaimana bersikap kepada yang tua, daripada sebel kepadanya. Kalau dia masih kanak-kanak, pahami bahwa tata nilai kita dengan dia berbeda, mana mungkin kita tersinggung oleh anak kecil. Kalau ada orang tua yang memarahi kita, jangan tersinggung, mungkin dia khilaf, karena terlalu tuanya. Yang pasti makin kita pemaaf, makin kita berhati lapang, makin bisa memahami orang lain, maka akan makin aman dan tenteramlah hidup kita ini, subhanallah.