Jumat, 26 Juni 2009

BILA JODOH TAK KUNJUNG TIBA


Muhammad Rasyid al-Uwaid dalam buku Telat Menikah Tapi Bahagia
menyebutkan seorang yang menolak untuk menikah boleh jadi karena
matanya disilaukan oleh dunia, sementara agama ia tidak mengerti.
Boleh jadi seorang menunda-menunda nikah karena yang datang kepadanya
beda pandangan dalam memahami agama, meskipun tak ada yang patut
dicela dari prinsip keagamaan secara umum dan akhlaknya.
Terlambatnya seseorang untuk menikah tak jarang karena dirinyalah
yang mempersulit meskipun kesempatan bukan tak pernah datang namun
sibuk dengan karirnya dan banyaknya kriteria tentang jodohnya.
Ketika la disibukkan dengan karir yang diimpikanya
ia menolak semua ajakan serius dan ketika ia menetapkan kriteria yang
terlalu banyak akhirnya tidak ada yang sesuai dengan keinginannya.
> BELAJARLAH DARI KHADIJAH
Mungkin saja sepanjang merambahnya usia, Allah masih belum
menakdirkan mempertemukan belahan jiwa bagi
mereka yang telat menikah.Dalam hal ini sulit untuk dipaksakan. Sebab, bagaimanapun, masalah
selera dan kecenderungn jiwa akan keindahan dan keshalehan merupakan
hak prerogatif setiap orang. Namun ada cara yang sebaiknya dicoba
oleh kaum muslimah yang telat menikah. Yakni melamar atau meminang
sebagaimana Khadijah binti Khuwailid melamar Nabi Muhammad SAW.
Sepintas, pandangan ini terasa tabu untuk jaman sekarang namun hal
ini bukanlah suatu kejelekan, aib atau tindakan yang merendahkan
martabat perempuan jika ia meminang seorang laki-laki. Pernikahana
dalah hubungan bersama sehingga tidak mesti laki-laki yang memulai
meminang. Selama perempuan itu tidak terbawa nafsu dan tidak tertipu
dengan penampilan luar meminang laki-laki tidakmenjadi masalah
baginya dan tidak berbahaya.
> PASRAH PADA ALLAH
Ditengah kondisi yang tak menentu, sebaiknya muslimah yang telat
menikah bersikap sabar. Sebab sikap seperti inilah yang akan membantu
merendam hati yang terpuruk. sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Dan
tidakalah seseorang diberi sesuatu yng lebih luas melebihi kesabaran".
Dengan demikian, kesabaran yang tertanam merupakan kebaikan,
kelapangan dalam jiwa, dan keluasan dalam hidup yang bisa jadi tidak
dimiliki oleh mereka yang menyandang status sebagai seorang istri.
Kemarahan dan frustrasi tidak memberi manfaat apa-apadan tidak akan
menghadirkan seorang suami. Sebaliknya, keridhaan yang dipupuk dalam
jiwa mereka yang masih lajang di usia matang akan mengundang ridha Allah SWT.
Atau, paling tidak, di saat seseorang merasa tak sanggup menanggung
kesendiriannya, perbanyaklah doa. Sebagaimana Nabi Zakariya as yang
pernah memohon kepada Allah agar kesendiriannya berakhir. "Tuhan-ku,
jangan biarkan aku sendirian. Dan Engkau adalah sebaik-baik warits".
(QS.Al.Anbiya:89)
Sebagaimana Nabi Zakariya, rasa sepi itu pun sudah sepantasnya kita
adukan kepada Allah. Semoga Ia hadirkan seorang pendamping yang
menentramkan jiwa dan membahagiakan hati. Memasrahkan kepada-Nya apa
yang terbaik untuk kita.Dan sebaiknya panjatkan doa tersebut di saat kita merasa amat
membutuhkan hadirnya seorang pendamping; saat hati kita dicekam oleh
kesedihan karena tidak adanya teman sejati atau ketika jiwa dipenuhi
kerinduan untuk menimang buah hati yang lucu. Panjatkan pula doa saat
hati merasa dekat dengan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar