Rabu, 23 Desember 2009

BAGAIMANA MENGAMBIL MANFAAT DARI AL-QUR'AN

Jika anda ingin mengambil manfaat dari Al-Qur'an al-Karim, maka bulatkanlah hatimu tatkala membaca dan mendengarkannya, pasanglah telingamu, hadirkan hatimu, rasakanlah siapa yang sedang engkau ajak berbicara, siapa yang dituju dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena sesungguhnya obyek yang dituju adalah anda melalui lisan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.


Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (Qaaf: 37)

Yang demikian itu karena kesempurnaan pengaruh tergantung kepada sesuatu yang diharapkan pengaruhnya, obyek yang hendak menerima pengaruh serta terpenuhinya syarat-syarat untuk timbulnya suatu pengaruh. Juga tiadanya penghalang yang menghambatnya.

Ayat di atas mencakup penjelasan semua itu dengan lafazh yang ringkas, jelas dan menunjukkan makna yang dimaksud. Ibnu Qutaibah berkata: "Dengarkanlah Kitabullah, yakni dengan kesaksian hati dan pemahaman, bukan dengan kelalaian dan kehampaan.

Jika yang diharapkan pengaruhnya adalah Al-Qur'an, obyek yang hendak menerima pengaruh adalah hati yang hidup, terpenuhi pula syarat, yakni adanya perhatian, ditambah lagi dengan tiadanya penghalang berupa kesibukan hati dan kelalaiannya terhadap makna yang terkandung maupun berpaling pada sesuatu yang lain, niscaya muncullah pengaruhnya, yakni bisa mendapatkan manfaat dan peringatan.

Dengan memperhatikan kalamullah dan khitab (obyek yang ditujunya), niscaya akan kita dapatkan bahwa Dia-lah pemilik seluruh kerajaan, pemilik segala pujian, segala urusan berada di tangan-Nya, berasal dari-Nya, kembali pula kepada-Nya, bersemayam di singgasana-Nya dan tak tersembunyi sedikit pun atas-Nya segala apa yang ada dalam kekuasaan-Nya. Maha Mengetahui apa yang terbetik dalam hati para hamba-Nya, Maha Melihat apa-apa yang dirahasiakan mereka dan apa-apa yang ditampakkan.

Maka perhatikanlah, bagaimana Dia memuji diri-Nya dan menasihati hamba-hamba-Nya, menunjukkan kepada mereka apa-apa yang mendatangkan kebahagiaan bagi mereka dan memberikan peringatan dari apa-apa yang dapat menyebabkan mereka binasa.

Nampaklah dari khitab yang ditujunya, bahwa Allah memberikan teguran-teguran kepada orang yang dicintai-Nya dengan teguran yang halus, padahal mereka seringkali tergelincir namun Allah mengampuni mereka, menerima udzur mereka, memperbaiki keadaan yang rusak di antara mereka, menjadi penolong atas mereka, menjamin kemaslahatan bagi mereka dan mengentaskan mereka dari kegundahan.

Maka tatkala hati menyaksikan dari Al-Qur'an tentang Maha Raja Yang Maha Agung, Maha Penyayang, Maha Pemurah, Maha Indah, maka bagaimana mungkin hati tidak terdorong untuk mencintai-Nya dan berlomba untuk mendekatkan diri kepada-Nya? Maka dia akan mempertaruhkan jiwanya untuk mencintai-Nya, sehingga Dia menjadi sesuatu yang paling dicintai dari selain-Nya, keridhaan-Nya lebih didahulukan olehnya daripada keridhaan siapa pun selain-Nya.

Bagaimana mungkin hati tidak nyaman untuk berdzikir kepada-Nya, melestarikan kecintaannya kepada-Nya, rindu kepada-Nya, dan senang dekat dengan-Nya? Padahal unsur itulah yang merupakan makanan, kekuatan dan obat baginya. Ketika unsur itu tiada, maka menjadi rusak dan binasalah hati. Hidup pun tak lagi bermanfaat baginya.

***

Abu Abdillah

(Al-Fawa'id; Raudhah Al-Mahbub min Kalaam Muharrik Al-Qulub, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar